Hujan telah membuat irama rintik di atas genteng rumahku, tetesnya lalu mengalir mencium bumi. Retak. Perca kembali menyatu. Ada yang lain lagi Kak, rintiknya samar-samar masih berbisik namamu. Entahlah, aku masih merasakan keberadaanmu di antara geericik manja. Kuharap retaknya cepat menyatu, karena aku benci genangan Kak. Sebenarnya aku menyukai hujan tak lebih hanya untuk bermain kejar-kejaran. Tapi karenamu aku berubah menjadi merindukannya, merindukan setiap butrinya menyapu wajahku, berbagi butir-butir sejuknya untuk membasuh wajah letihku
Tulisan merupakan bukti bahwa kita pernah hidup