Kini, kubangun masa depan
bangsaku
dengan sebilah arit dan
pacul
badik dan bambu runcing
bukan lagi masanya
aku bercerita tentang
subuh menyapa manja
bercengkrama dengan embun
di ujung daun padi
tentang kesanggupan
bilah-bilah batangnya
terpenggal ujung arit
terbentur, terhempas,
terjepit
demi sesuap nasi berlauk
tempe
membasahi leher si miskin
tidak melulu bicara pacul
dan arit
tetapi bicara tentang
warisan
sepetak tanah mendiang
leluhur
Kakekkumati, Mati !!!
Demi terkubur di bawah
tanahnya
Lalu kau bangun nisan
hingga mencapai langit
Di atas kuburan yang
harusnya ditanami kamboja
Tangga ke syurgakah ?
Aku juga bercerita
tentang bendera putih
Di antara rumpun-rumpun
padi yang sedang bunting
Mungkinkah dewi padi
sedang berkabung ?
Atau perutnya mual karena
ditumpahi berkarung-karung urea ?
Demi sesuap nasi berlauk
tempe untuk si miskin
#hanya iseng memintal
benang-benang rasa agar tak kusut, atau seperti kata Ahimsa “hanya sakau oleh
kata-kata” J’
Bontorea,
01 Okt 2013
Komentar