Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2015

Percakapan Dini Hari

Selamat malam Ar, atau bolehkah kuucapkan selamat pagi saja karena sayup-sayup kudengar kokok ayam telah membahana, jam sudah menunjukkan sebentar lagi mega fajar akan menyibak malam. Maaf bila kedatanganku mungkin mengganggu, memenggal istirahatmu yang nyenyak. Ini adalah dinihari kedua Ramadhan, hari kedua ritual suci makan sahurku. Dan aku sendirian, dalam kamar hijau kusam berukuran 3 x 4 meter, ranjang bertingkat dua yang hanya ada aku seorang. Tentu kau heran, tak biasanya Ramadhan penuh berkah dan kegembiraan ini kulewati seorang diri. Tapi begitulah kenyataannya sekarang. Ada hal-hal yang membuatku tak dapat pulang ke rumah melaksanakan puasa dan sahur bersama Mama, Ayah dan Adik-adikku. Mengingat kenyataan itu, aku tiba-tiba jadi ingat kau. Kamu tahu, setiap kali tengah malam di waktu paling hening aku teringat kau, saat itu seluruh sarafku mendadak menolak bekerjasama. Kesadaranku pulih dengan cepat, mataku bandel tak mau terpejam. Aku hanya teringat kau, dan ing

Ada Indah di setiap Pindah

Oleh: Fatmawati Liliasari Benarlah, ada indah disetiap pindah. Dengan pindah udara segar dari tempat baru dapat ditemui. Perasaan lega dapat dirasa karena hati akan terasa lebih luas. Tidak ada sumpek, tidak ada penat. Hanya luas. Benarlah, ada indah disetiap pindah. Dengan pindah, pandangan kita terhadap tempat kita yang lama akan jauh lebih bijaksana, lebih baik. Bahkan kita dapat tertawa sekali-sekali ketika mengingat kenangan buruk dari tempat lama. Benarlah, ada indah disetiap pindah. Ketika dulu dengan sempit kuyakini bahwa tidak akan kutemukan yang lebih baik sepertimu, tidak ada yang dapat membuatku jatuh cinta seperti dirimu. Kini setelah pindah, keyakinan itu berangsur-angsur tergeser oleh pemahaman baik bahwa yang kucari seharusnya memang bukan yang sepertimu , tetapi yang dapat membuatku utuh. Yang tetap mau berjalan bersamaku meski tanpa alas kaki ke arah yang sama. Benarlah, ada indah disetiap pindah. Dengan pindah kita belajar menerima bahwa tida

6 Alasan Kenapa Kamu Harus Menghadiri Seminar Proposal Atau Seminar Hasil

Oleh : Fatmawati Liliasari Seminar proposal dan seminar hasil adalah dua rangkaian yang wajib dilalui sebelum mendapat gelar sarjana. Seminar ini selain dihadiri oleh pembimbing dan penguji, juga dihadiri oleh mahasiswa. Nah biasanya, menghadirkan peserta mahasiswa ini yang kadang-kadang sulit, kalau sang empunya seminar tidak menyajikan kue-kue atau camilan maka biasanya mahasiswa kurang sekali yang berminat menjadi peserta seminar. Tapi kamu tahu nggak, menghadiri seminar proposal atau seminar hasil itu manfaatnya banyak banget loh. yuk kita simak satu persatu. 1.     Mengasah Ketelitian Biasanya moderator menyediakan sesi tanya jawab kepada mahasiswa peserta seminar, adapun saran, kritik, dan sanggahan sangat dibutuhkan. Nah, untuk mengisi sesi ini kamu pasti akan membaca seluruh materi yang disajikan secara saksama, sehingga kamu dapat melihat kesalahan-kesalahan kecil yang kadang luput dilihat oleh penyaji. Kesalahan penulisan daftar pustaka misalnya, atau salah menulis

Kesalahan Terbesar Saya Ialah Karena Tulisan Saya Jelek

Oleh: Fatmawati Liliasari Nyaris tiga tahun saya jadi mahasiswa, enam kali sudah merasakan deg-degan menanti nilai muncul satu persatu di portal akademik. Tiga tahun! Tapi tidak pernah sekalipun saya mempermasalahkan apalagi menyesali nilai B, atau C sekalian. Saya beranggapan, berapapun nilainya, itulah pencapaian terbaik yang kita raih dari proses belajar kita selama satu semester. Tidak ada yang lebih patut dilakukan selain menerima dengan lapang dada, sembari terus-menerus memperbaiki diri. Sayangnya, ‘penerimaanku’ terhadap nilai menjadi berbalik sejak tadi sore, ketika kudengar salah seorang teman bertutur bahwa penilaian salah seorang dosen pertama-tama didasarkan pada bagus tidaknya tulisan kita. Yang artinya biarpun jawaban yang kau tulis bagus dan benar tapi tulisanmu jelek, maka nilaimu tidak akan lebih tinggi daripada temanmu yang tulisannya indah meskipun jawabannya asal-asalan, bahkan didapatkan dari usaha yang tidak jujur. Saya sedih, bukan semata-mata karen

Tentang Rindu yang Menyebalkan, Ingin Bilang Tapi Malu

Oleh: Fatmawati Liliasari Memendam perasaan suka itu menyebalkan. Kita lelah menduga-duga, sekaligus gembira luar biasa saat yang disukai menunjukkan sinyal positif. Meskipun terkadang biasa saja, tapi tiba-tiba jadi luar biasa karena diselubungi angan-angan penuh bunga. Kita menyimpulkan sesuai apa yang ingin kita dengar. Lebih menyebalkan lagi ketika diri sedang dirundung rindu, saat mata telah lama beristirahat dari melihat kelabat wajahnya. Diri jadi serba salah, setiap saat mematut layar ponsel, mencari daftar kontak, berneti pada namanya tapi hanya sampai di situ. Maksud hati ingin menghubungi, tapi gengsi, juga tidak menemukan alasan bagus untuk memulai percakapan. Terkejut setiap kali ponsel berdering, harapan tiba-tiba melambung untuk kemudian jatuh lagi setelah melihat yang menghubungi ternyata bukan dia. Sungguh, rindu itu menyebalkan. Ia ibarat tenggorokan kering yang haus sepanjang waktu, menawarnya tak cukup hanya dengan segelas air. Tapi begitu dite

Hendak Kuberi Judul Apa Ini?

Oleh: Fatmalilia Atha Azzahra Hal-hal seperti inilah yang kutakutkan. Pertukaran yang tidak seimbang. Bagaimana bisa sebuah pertemanan yang dulu terjalin begitu akrab, nyaris tanpa jeda buat dilalui sendiri-sendiri, kini terasa bagai angin lalu, kita seolah seperti orang asing satu sama lain. Kamu jadi enggan menyapaku, membalas sapaanku saja begitu berat hati. Padahal dulu aku nyaris merelakan segalanya buat kebaikan semua orang, agar segalanya baik-baik saja, agar pertemanan ini tetap pada tempatnya. Tanpa memperdulikan bagaimana aku. Sampai saat ini aku tidak ingin ada yang berubah, tidak juga ingin kerelaan ini tercerabut satu-satu. Lantas bagaimana kini pandanganmu berubah mengenaiku? Aku tidak pernah berniat berlari mendekat padanya. Kalaupun kulakukan−berlari padanya−hal pertama yang menahanku adalah dirimu, juga pertemanan kita. Atau apakah gara-gara aku menulis? Kamu paham kan, hanya dengan menulis aku mendapatkan kemerdekaan. Lantas kalau aku tidak jujur lagi dalam s

Suaramu ; Rumah Bagi Hatiku

Oleh : Fatmalilia Atha Azzahra Hampir genap setahun semenjak suaramu tak lagi akrab di telingaku. Setahun yang hampir membuatku lupa bagaimana kau melafazkan huruf-huruf dengan cara yang khas. Waktu setahun yang panjang untuk menjauh dari hal-hal yang bersinggungan denganmu. Nyaris membuatku tak bisa menemukan kata-kata ketika suara berat khas baru bangun tidur milikmu menjawab telponku. Ada sebersit kekhawatiran dalam hati, sebab telponku mungkin telah mengganggu istirahat siangmu. Aku kehabisan kata untuk menjelaskan kebahagiaan yang datang, tetapi mendengar suaramu, menemukan bersit keingintahuan dari setiap pertanyaanmu membuatku damai. Rasanya seperti sebuah kepulangan yang telah lama dirindui, setelah sekian lama melanglang buana. Setelah setahun aku berusaha lari darimu, kini kutemukan alasan buat kembali. Ternyata kau masih menjadi rumah bagi hatiku. Perhatian dan kepedulianmu yang begitu sederhana memberikan perasaan lega luar biasa. Pada sikap penerimaanmu yang tersi

Apparalang Case

Saya tidak pernah tahu di mana dan seperti apa Apparalang. Dia mungkin sejenis pantai wisata sama halnya dengan pantai Bira atau pantai-pantai yang ada di Galesong. Saya juga tidak pernah paham benar mengapa teman saya ingin sekali berkunjung ke sana, saya hanya tahu dia ingin. Sangat ingin malah, sampai-sampai dia mengigau tentang Apparalang dalam mimpinya. Adukan kopinya, tanakan nasinya, uap gurih lauk yang dia ramu susah payah di dapur bersatu padu dengan celotehannya tentang Apparalang yang senantiasa dia semogakan. Harapannya dia bangun satu persatu sejak seminggu sebelum keberangkatan ke Bulukumba untuk menghadiri kegiatan organisasi, dipupuk baik-baik dengan rencana matang dan semangat menggebu-gebu, disiram begitu rutin dengan janji dari segelintir orang yang semakin menjaminkan harapnya. Tapi menjelang harapnya terwujud, keadaan tiba-tiba berbalik, semua seolah-olah bersepakat mematahkan jalannya, sampai habis seluruh amunisi pertahanan yang dia punya. Dia tak jadi k