Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2015

Kehadiran

Oleh: Fatmalilia Atha Azzahra Memahami perempuan sebenarnya sederhana. Mereka adalah makhluk yang senantiasa butuh empati; ingin hadir di setiap momen berharga. Belakangan saya amat tertarik ingin sedikit membahas perihal ‘hadir’ dan ‘kehadiran’. Sekilas keduanya tampak mirip, tetapi keduanya adalah hal yang amat berbeda. Berbicara soal ‘hadir’ dalam sebuah hubungan, kata ini lebih merujuk pada substansi, tidak melulu dipandang dari sudut lahiriah. Seseorang boleh jadi senantiasa hadir dalam setiap helaan napas, kelabat mimpi, setiap inchi gerak, atau berkelindan dalam nalar. Meski secara lahiriah orang tersebut tidak benar-benar berwujud di samping kita. Hadirnya ada tapi lebih sering tak disadari. Contohnya, ketika kamu makan ayam, kamu secara spontan menghindari bagian sayap karena dia selalu melarangmu makan bagian sayap sebab itu tidak baik bagi kesehatanmu. Sadar atau tidak sadar kamu selalu melakukannya setiap kali makan ayam, dengan atau tanpa ada dia. Sedang ‘keha

Surat Untuk Kekasih

Oleh : Fatmalilia Atha Azzahra Aku gelisah, Sayang Ketika mataku terbuka dan aku lupa mengingatMu kalaupun mengingat, sering tak kusempatkan buat menyapa barang sebentar. Lantas dengan naif berpikir kamu selalu mengerti kalau aku sibuk Aku takut, Sayang Ketika bangun pagi dan kedamaian subuh gagal kuresapi di kedalaman jiwa Aku rindu malam-malam kita berbicara banyak hal dalam sunyi Sementara kata-kataMu selalu menyentuh bening jiwa Aku rindu menangis di haribaanmu, Sayang kamu mendengarku tanpa keluh Kita mengayam sunyi disaksikan malaikat hingga aku lelap Aku rindu, Sayang Rindu teramat sangat Rindu yang pelan-pelan tidak pernah selesai yang kian hari bertumpuk hingga membuat nelangsa Aku ingin pulang, Sayang Pulang.. 14 Desember 2015

Mencari Sebuah Senyuman

Oleh : Fatmalilia Atha Azzahra Ma, aku hampir putus asa mencari selembar senyum yang terbit dari kedalaman hati Senyum yang menyembuhkan si sakit Senyum yang mendamaikan si resah Senyum yang tanpa tanda tanya di belakangnya Ma, aku menemukan senyum dengan bergelintir-gelintir predikat menyertainya Senyum tanggung Senyum kecut Senyum pelecut Bahkan ada itu senyum sinis Senyum berkalang tangis Senyum licik Seluruhnya palsu, Ma Mereka tersenyum tapi hatinya tidak ikut tersenyum Ma, aku merindukan tawa kita bergema Saat dunia masih selebar senyuman Saat semua senyum tak punya nilai Selain senyum itu sendiri Ma, aku hampir putus asa. Jatuh bangun, tertatih-tatih dalam petualangan Mencari sebuah senyuman -2015

Catatan Kecil

(Pengantar Buku Puisi “Senyawa” Andrei Aksana) Cinta memang tidak bisa dipisahkan dari substansi kimia. Singkatnya, zat feromon yang oleh kelenjar endokrin pada tubuh manusia merupakan pemicu yang menimbulkan rasa ketertarikan terhadap manusia lain. Dimulai dengan adanya kontak mata, indra penciuman, lalu bersentuhan kulit, dan proses selanjutnya, membuat feromon terhubung dengan jaringan-jaringan saraf di otak yang berfungsi mengatur emosi, sehingga secara alamiah otak memberikan respons balik yang memengaruhi perubahan kondisi psikologis tubuh seperti detak jantung, napas, dan hasrat. Konon kemampuan tubuh menghasilkan feromon yang sama akan berkurang setelah dua sampai empat tahun. Timbul pertanyaan, bagaimana mempertahankan cinta kepada orang yang sama? Tubuh manusia tersusun dari senyawa, yaitu berpadunya dua atau beberapa unsur melalui reaksi kimia. Bagaimana ketika bertemu manusia lain? Hukum Dalton atau hukum perbandingan berganda menyatakan jika dua unsur bersenya