Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2015

Kahayya dan Segudang Penantian

Oleh : Fatmawati Liliasari Ada sebuah tugu di ujung dusun Ta’buakang. Tugu bercat putih dibuat oleh Kementrian Sosial, kakinya telah penuh dengan tulisan-tulisan jalanan anak muda yang haus mengabadikan namanya tanpa lihat tempat. Tempat tugu itu berada oleh penduduk dan para pendaki dinamai Tanjung. Di sana kalian dapat saksikan sungai Balantieng memisahkan daratan Sinjai dan Bulukumba, sungai yang jernih dan berbatu. Kalian hanya perlu menyeberangi jembatan bambu lebar bila ingin menginjak tanah Sinjai. Kalian juga dapat memandangi gunung Lompobattang sepuasnya. Tidak ada kata yang dapat mendeskripsikannya selain bahwa tempat itu menakjubkan. Tapi tahukah kalian kalau Tanjung adalah tempat menanti, tugu putih itu adalah tugu penantian. Tepatnya tugu peringatan dari ujung penantian. Dari Tanjung, berjalanlah turun kembali ke dusun. Di perjalanan kembali kalau langit cukup bersih maka kau akan disuguhkan pemandangan seluruh kota Bulukumba tepat di depanmu. Di perjalanan kemb

Dingin dan Sebuah Kesyukuran

Oleh : Fatmawati Liliasari Apa kalian pernah merasakan bagaimana panasnya suhu di kota ketika menjelang tengah hari? Panasnya mungkin masih kalah di bawah suhu gurun pasir tapi tetap saja sanggup membuat keringat mengucur, lengket di badan. Gerah. Kalau sudah begitu, insting bertahan pasti menarik kita untuk mencari tempat teduh, ruangan ber-AC mungkin. Atau kalau sedang di rumah, kebetulan tak punya AC, kipas angin sudah tak mempan lagi, hal terakhir yang dilakukan adalah ngacir ke dapur dan membuka kulkas. Barulah bisa mendesah lega dan diam di situ dengan pintu kulkas terbuka untuk waktu yang lama. Kalau kepergok sama Ibu bisa diomeli tentang tagihan listrik yang terancam naik. Yang terakhir itu pernah saya alami, termasuk saya pernah punya keinginan suatu saat punya rumah dan tinggal di daerah pegunungan yang sejuk. Biar tidak perlu kulkas lagi untuk mendinginkan diri juga bahan-bahan makanan. Namun, lima hari saya di Kahayya, nyaris belum juga dapat berdamai dengan

Cerita Dari Lokasi : Kahayya 1.200 mdpl

Adalah gerimis satu-satu dan gumpalan kabut tipis seperti kapas berarak yang menyambut rombongan kami−KKN Unhas gelombang 90 kecamatan Kindang kabupaten Bulukumba−di kantor kecamatan Kindang. Udara sejuk sore hari mengusir penat dan pegal akibat duduk dalam truk tentara mulai pukul 9 pagi hingga asar menjelang dari Makassar sampai di kecamatan Kindang. Butuh setidaknya 2 jam perjalanan menempuh jarak 32 km dari ibu kota kabupaten ke kecamatan. Kebun cengkeh dan hamparan sawah bertingkat-tingkat memanjakan mata sepanjang sisi jalan. *** Saya dan lima orang teman lainnya−oh ya, di posko kami, hanya saya yang perempuan. Posko kami memang istimewa, kamilah satu-satunya posko yang tidak dipilihkan penempatannya melainkan kami sendiri yng memilih hendak ditempatkan di sana sehari sebelum pemberangkatan dari lokasi. Medan yang lumayan menguji ketahanan dan akses yang masih minim−desa Kahayya berjarak 8 km dari kota kecamatan, ditambah lagi kendaraan roda empat tak bisa masuk ke