Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2014

Sore di Perempatan Jalan TALA-TALA

Sabtu sore di perempatan jalan Tala-tala Desa Bontoloe, aku dan Ayahku singgah untuk membeli beberapa ekor ikan yang dijajakan di sepanjang perempatan jalan. Sekitar 6 menit aku berdiri di depan salah satu pedagang lalu muncullah arak-arakan partai bernomor urut satu dengan warna dasar biru, iringan konvoi tersebut di dominasi oleh mobil-mobil pribadi yang muatannya teramat sesak, masing-masing menurunkan kaca mobil sembari mengacungkan telunjuk mengasumsikan angka 1.             Konvoi sore itu biasa saja, sudah teramat sering dilihat tapi yang membuat aku tertarik menulisnya ialah bagaimana masyarakat di sepanjang perempatan Bontoloe tersebut yang notabene adalah pedagang menanggapi kehadiran konvoi partai yang lewat. Tahukah anda, apa tanggapan masyarakat itu ? tanggapannya sungguh memalukan (setidaknya begitulah menurutku), “Uang! uang! uang! lempar uangnya!” mereka seperti dikomando untuk meneriakkan kata itu bersama-sama. Hingar bingar semuanya meneriakkan kata itu sampai i

Anak-anak dan Impian Mereka

Bagi anak-anak, mimpi adalah alasan. Alasan untuk bangun setiap pagi dan berangkat ke sekolah meski hati masih enggan bangun dari tempat tidur. Alasan untuk tetap patuh pada orangtua atau gurunya. Alasan ia tetap tak kehilangan tawa dan candanya meski dalam keadaan serba sulit bagi orang dewasa. Impian anak sering terdengar sangat sederhana di telinga orang dewasa, mungkin karena kesederhanaannyalah sering tanpa sadar kita merenggut mimpi mereka dari peluang menjadi nyata. Padahal tahukah anda bahwa impian adalah hal yang benar-benar dimiliki oleh anak-anak kita, keberadaannya dalam diri anak-anak tidak dapat dicuri. Tahukah anda ? bila anak merasa impian mereka terancam. Maka ia akan punya alasan untuk tidak patuh. Impiannya akan berubah menjadi alasan negatif. Izinkan saya bercerita mengenai kekuatan Impian seorang anak. Ini terjadi di kampungku, seorang anak gadis dari keluarga petani penggarap sawah yang saat itu masih kelas enam SD mempunyai impian suatu saat ia akan kulia