Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2014

Hujan #2

Aku bahagia, seperti punya teman untuk bercerita dan ruang untuk sejenak merasakan lega, setelah beberapa hari terakhir kulitku gerah bahkan untuk menikmati suhu air conditioning 16 ̊ C yang dirasa sejuk oleh teman sekelasku. Waktu ketika mendung mulai menghamparkan selimut kelabu lalu menyalakan pelanginya.. rasanya seperti pertama kali bersalaman dengan hidup.             Aku seperti ingin menerabas hujan, tetapi tak mungkin untuk saat ini, bahkan tidak untuk sekedar bersalaman dengan denting-denting gemericiknya dari jendela kaca mobil. Bukan Karena banyaknya kenangan yang disulam hujan untukku tetapi lebih karena ia kuasumsikan sebagai panghapus jejak-jejak rindu yang mengarah padamu.             Aku sedang dalam perjalanan pulang kali ini, tidak untuk mencoba mencari jejakmu di lumpur becek. Tetapi untuk menuntun hujan ke tempat pertama kali ia berhasil menahanku bersamamu. Aku tidak akan memintanya untuk menghanyutkan jejakmu di tempat itu, hanya saja aku ingin hujan ini

Aku sedang berusaha

Tenanglah wahai diriku, bukankah kita sudah bersepakat untuk tak lagi menyebut hurufnya. Untuk meredam semangat yang menyublim karenanya.             Tenanglah wahai hatiku, bukankah kita telah bersepakat untuk berdamai, agar tak ada lagi harapan yang boleh tumbuh.             Berhentilah menangis wahai mataku, bukankah sejak seminggu yang lalu kita sudah bersepakat saling berbahagia ? agar tak ada lagi sendu kala hujan menyapa, agar udara lebih melegakan kala pelangi mengarak hujan berlalu.             Aku tahu. Bulan akan merindukan nyanyianku. Atau, mungkin angin akan mencari salamku yang terbiasa kutitipkan padanya.. aku juga akan mencarimu, di lain waktu.

Nyanyian Rindu terakhir

Berharap. Kecewa. Jatuh. Bangkit lagi. Lalu jatuh, menjadi puing-puing. Berharap lagi. Kecewa lagi. Berkali-kali selalu terperosok di lubang yang sama. Dan kali ini ingin kuberhentikan siklus itu dengan keteguhan yang berbeda. Semoga tidak ada celah lagi untuk tumbuhnya harapan yang sama. Karena tidak ada yang bisa menjamin untuk dapatkan keyakinan bangkit lagi.             Aku tidak menyalahkan siapa-siapa. Tidak dia, aku, juga kamu. Tidak ada yang salah. Karena cinta pada hakikatnya adalah suci. Aku senantiasa berdoa pada Tuhan agar memberikan ampunanNya Padaku, Padamu, juga dia. Karena aku takut. Takut sekali kehilangan cintaNya.             Lebih dari itu, aku sampaikan rasa terima kasihku atas kenangan yang akan jadi pelajaran berharga untuk hidupku. Aku yakin, masa lalu bukan untuk dilupakan tapi utuk dikenang dan dijadikan pelajaran, agar hidup lebih tertata kedepannya.             Oh ya, terima kasih lagi karena berkat cinta, aku bisa bersalaman dengan sajak-sajak dan