Oleh : Fatmawati Liliasari Masih sepertiga malam, kehidupan belum lagi menggeliat di desa sepi ini. Tapi gerimis sudah bergegas, buru-buru menuntaskan rindu pada tanah, pada bunga-bunga mawar yang mekar serempak, pada labirin hatiku yang sedang digores rindu. Masih sepertiga malam, dini hari lebaran. Dan gerimis jatuh memerihkan gores rindu. Sepagi ini, di tahun-tahun sebelumnya. Mama sudah sibuk menepuk bahuku lembut, membangunkan. Biar aku cepat bersiap untuk sholat idul fitri. Lalu setelah itu, aku akan ikut sibuk menyiapkan pakaian adik-adikku. Menyiapkan sajadah dan mukena untuk Mama dan Ayah. Masih pagi, dan rumah jadi ribut sekali. Adikku paling kecil baru saja keluar dari kamar mandi, berteriak dari balik sarung meminta pakaiannya diparfumi juga. Sementara adikku yang kedua sibuk dengan pilihan antara memakai celana panjang atau sarung. Ayah biasanya tak mau kalah, cerewet sekali mengomentari corak sarung yang kupilihkan. Aku jadi sebal. Laki-laki di rumah ini begi...
Tulisan merupakan bukti bahwa kita pernah hidup