Langsung ke konten utama

Kamu tahu nggak, sih?

Kamu tahu? Tidak ada wanita di dunia ini yang cukup sanggup untuk tidak menuntut status dan kejelasan. Karena dia harus memutuskan pada siapa hatinya yang satu dijatuhkan.

Kamu tahu tidak? Setiap kali kamu bercanda soal 'kita', ada sejenis perasaan yang belum kudefenisikan muncul. Dadaku tiba-tiba nyeri, seluruh tubuhku nyeri. Seperti ada sesuatu yang kau ambil dariku. Aku sakit hati, tapi tidak tahu karena apa.

Kamu tahu kan, kalau aku tidak pernah cukup mampu untuk mengutarakan perasaan lewat kata. Cuma nyaman mengutarakan segalanya dalam tulisan. Kalau aku diam ketika kau 'candai', boleh jadi saat itu aku sedang berjuang menguatkan diri, biar tak jatuh terduduk saking sakitnya.

Ramsis, 14 Mei 2015

Komentar

Unknown mengatakan…
“boleh jadi saat itu aku sedang berjuang menguatkan diri, biar tak jatuh terduduk saking sakitnya.” Kata-katanya nyesss sekali ya,.. ini benar-benar menginspirasi bagi yang lagi berusaha move on.. hehe

Salam kenal blogger sebelah. www.journal.makruf.com
Unknown mengatakan…
mungkin bukan tulisan yang pas untuk menegurnya.... cobalah sesekali menegurnya dengan teriakan
Fatmalilia's Notes mengatakan…
:) terimakasih sudah meluangkan waktunya membaca coretan saya. hehe..

salam kenal balik mas psiko logika
Fatmalilia's Notes mengatakan…
berteriak mungkin boleh jadi pas sekali untuk menegur. Sayangnya, saya tidak pernah cukup sanggup untuk melakukannya.
Unknown mengatakan…
mungin kamu terlalu baik untuk menegur lewat teriakan... ada sebagian orang yang harus dipukul bahkan dijewer teliganya untuk sekadar dipahamkan atas sesuatu tapi adapula orang yang tak harus diapa-apakan untuk paham atas sesuatu hal. mungkin dia masuk kategori satu bahkan lebih parah dari itu....
Fatmalilia's Notes mengatakan…
Kamu pernah dengar tentang 'kemarahan terbesar tidak diungkapkan dengan berteriak, makian kasar, bentakan ataupun pukulan. Tetapi kemarahan terbesar justru diungkapkan dalam bentuk pembiaran'. Saya tidak perlu berteriak untuk membuat dia mengerti, sepertinya dia sudah cukup pandai membaca apa yang tertulis.

Postingan populer dari blog ini

Pada Suatu Petang..

Aku memandang lepas ke pelataran HIMTI yang nyaris setengahnya tertutupi pohon bebungaan bila dilihat dari sela daun mangga depan Himpunan, tempatku berdiri dan mengamati saat ini. Di bawah sana, berpuluh-puluh manusia sepertiku lalu-lalang dengan berbagai urusan. Bolak-balik memfotokopi, susah payah mengekori asisten agar sudi membuka laporan walau selembar. Tetapi ada juga yang duduk santai di sudut kantin mace, meningkahi gerimis sore ini dengan kepul hangat kopi dan uap kretek, malas masuk kelas sebab katanya dosen tidak pernah mengajarkan kebenaran. Puluhan pasang kaki di bawah sana, kaki yang sama seperti kakiku, sedang terseok-seok mengejar mimpi atau titipan harapan dari orangtua. Tidak semuanya berhasil tentu saja. ada beberapa yang berhasil keluar dari kampus dengan toga yang dipindahkan secara khidmat oleh tangan Yang Mulia Rektor, tetapi tidak sedikit yang keluar dengan selembar SK DO yang ditandatangani juga oleh tangan Yang Mulia Rektor. Aku tidak sengaja...

Tanpa Kamu

Oleh: Fatmalilia Atha Azzahra Kamu tahu rasanya kosong? Seperti lembaran buku, tergeletak di sisi tempat tidurku yang pernah kunamai rindu. Tanpa corak. Tanpa cerita. Tanpa rasa atau sekedar prasangka. Hanya kosong yang kadang-kadang memusingkan. Kamu pernah merasa kosong? Bangun di pagi hari tanpa tahu harus melakukan apa. Berjalan begitu saja. Berhenti ketika lelah. Terduduk lagi di depan lembaran buku yang kunamai rindu. Sepi. Sunyi juga rindu itu. Kamu pernah merasa kosong? Mendadak penaku macet. Tintanya habis. Kata-kata yang senantiasa berdesak-desakan ramai di kepala kini diam. Tanganku kebas. Menulis yang selalu menjadi hal yang membuatku damai, tiba-tiba menjadi hal tersulit. Ada cerita yang ingin kubagi. Ada bahagia yang ingin kusampaikan. Ada perasaan kosong yang ingin kuberitahu. Ada sedih yang ingin kutumpahkan. Tetapi tidak tahu bagaimana caranya. Atau aku harus memulai dari mana. Kosong. Kata-kata timbul tenggelam. Aku tidak tahu apa yang h...