Oleh : Fatmalilia Atha Azzahra Nyaris lima bulan hujan absen mencium tanah, enggan singgah walau sebentar. Meninggalkan serentetan cerita menyedihkan. Asap, kebakaran hutan, kekeringan lahan, gagal panen, krisis air bersih, juga tanah retak-retak yang membuka 'mulut'nya berdoa pada Tuhan agar menurunkan hujan. Pukul setengah lima sore, setelah seharian begitu gerah nyaris sampai ubun-ubun. Langit pelan-pelan berubah warna menjadi kelabu. Pertanda langit kalau hujan yang tak pernah putus harapan terus ditunggui lima bulan terakhir akan segera turun. Matahari masih benderang, awan kelabu tidak berhasil menutupinya saat tetes hujan turun satu-satu. Tidak deras benar. Tetapi cukup untuk menerbitkan ucapan-ucapan syukur dari penghuni kampus, cukup untuk mengobati rindu daun-daun zamani zaman, cukup untuk membuat si Jambul-burung peliharaan Bang Raras-berkicau girang, dan cukup membuat tanah tersenyum sebab cintanya pulang. Akhir oktober yang indah. Terimakasih Tuhan....
Tulisan merupakan bukti bahwa kita pernah hidup