Langsung ke konten utama

Laporan Konservasi Tanah dan Air


Laporan Praktik Lapang
Konservasi Tanah dan Air


METODE TERAS VEGETATIF

















OLEH:

NAMA            : FATMAWATI LILIASARI
NIM                : G111 12 275
KELAS           : C
KELOMPOK : 16
ASISTEN       : FATMAWATI



PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2014
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
            Usaha tani tanaman pangan secara intensif dan menetap pada lahan kering di daerah hujan tropis dihadapkan pada masalah penurunan produktivitas lahan. Salah satu penyebabnya adalah tanahnya peka erosi, belerang, masam dan miskin unsur-unsur hara. Penyebab erosi ialah topografi, iklim, jenis tanah, vegetasi dan perlakuan manusia. Dampak erosi sangat terlihat jelas di daerah dataran tinggi dan berlereng karena energi kinetik air hujan menjadi lebih besar.  Untuk mencapai keberlanjutan produktivitas lahan perlu tindakan konservasi tanah dan air, serta mencegah hanyutnya serasah dan humus tanah. Tujuan ini dapat dicapai dengan menerapkan teknologi konservasi tanah secara vegetatif dan mekanik.
            Konservasi tanah pada lahan pertanian tidak hanya terbatas pada usaha untuk mengendalikan erosi atau aliran permukaan, tetapi termasuk usaha untuk mempertahankan kesuburan tanah. Konservasi tanah secara vegetatif mencakup semua tindakan konservasi yang menggunakan tumbuh-tumbuhan (vegetasi), salah satu teknik konservasi vegetatif ialah pembuatan teras vegetatif yang ditanam sejajar dengan kontur biasanya memakai tanaman legum yang menjalar, semak atau perdu, maupun pohon dan rumput-rumputan serta tumbh-tumbuhan lain, yang ditujukan untuk mengendalikan erosi dan aliran air permukaan pada lahan pertanian.
Berdasarkan permasalahan lahan dan tindakan konservasi yang telah dipaparkan, maka dipandang perlu untuk melakukan praktikum dengan mengaplikasikan teknik konservasi tanah dan air secara vegetatif dengan membuat teras dari stek pohon gamal.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktik konservasi tanah dan air ini yaitu :
1.      Melakukan penerapan konservasi dengan metode vegetatif
2.      Mendapatkan gambaran praktik konservasi.


II. KONDISI UMUM LOKASI
2.1 Letak Lokasi (Administratif dan Geografi)
Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal Kabupaten Gowa (2012), Kabupaten Gowa berada pada 12° 38.16' Bujur Timur dan 5 °33.6' Bujur Timur dari Kutub Utara. Sedangkan letak wilayah administrasinya antara 12 °33.19' hingga 13 °15.17' Bujur Timur dan 5 °5' hingga 5 °34.7' Lintang Selatan. Dengan batas-batas wilayah administrative sebagai berikut:
Ø  Di sebelah Utara berbatasan dengan Kota Makassar dan Kabupaten Maros.
Ø  Di sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sinjai, Bulukumba, dan Bantaeng.
Ø  Di sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Takalar dan Jeneponto sedangkan
Ø  Di bagian Barat berbatasan dengan Kota Makassar dan Takalar.
10419828_572169662906260_1198349841_n.jpg
Gambar peta administrasi kecamatan Manuju

Secara geografis kecamatan Manuju terletak pada 5º13’51,3” Lintang Selatan dan 116º36’19,2” bujur timur (The Gowa Center, 2011). Secara administratif, kecamatan Manuju merupakan salah satu dari kecamatan yang berada di wilayah kabupaten Gowa yang memilki luas wilayah 221.26 km2, dengan perbatasan wilayah sebagai berikut:
Ø  Utara: desa Moncongloe Kecamatan Manuju
Ø  Timur : desa Pattalikkang Kecamatan Manuju
Ø  Selatan : desa Bissoloro Kecamatan Bungaya
Ø  Barat : desa Towat Kecamatan Polombangkeng Utara
2.2 Kondisi Biogeofisik
Dari total luas Kabupaten Gowa, 35,30% mempunyai kemiringan tanah di atas 40 derajat, yaitu pada wilayah Kecamatan Parangloe, Tinggimoncong, Bungaya, Bontolempangan dan Tompobulu. Dengan bentuk topografi wilayah yang sebahagian besar berupa dataran tinggi.
Kondisi biogeofisik menyatakan kondisi yang meliputi kondisi biologi, geologi, dan fisika antara lain, yaitu:
2.2.1        Vegetasi
Pertanaman yang banyak dlihat di Desa Tana Karaeng ialah tanaman perkebunan seperti jeruk, tebu, serta terdapat pohon-pohon besar seperti pohon gamal dan lain sebagainya. Di daerah ini tidak ditemukan areal persawahan, karena kondisi lahan yang tidak datar dan sebagian besar bergelombang.

2.2.2        Geologi
Geologi di daerah Bili-Bili didominasi oleh batuan vulkanik. Karena daerah Tanah Karaeng merupakan daerah lereng yang berkawasan miring, sehingga memungkinkan pernahnya terjadi letusan gunung berapi di daerah tersebut, sehingga wilayah tersebut didominasi batuan vulkanik.

2.2.3        Jenis Tanah
Tanah di Desa Tanah Karaeng memilki ciri fisik berwarna coklat kemerahan dan agak berliat dengan pH mendekati netral. Cirri-ciri tersebut cocok dengan cirri tanah alfisol. Tanah alfisol adalah tanah yang memilki solum cukup tebal yaitu antara 90-200 cm, warna tanahnya mulai dari coklat sampai merah, kadar unsur hara tergolong tinggi meskipun terkadang tergantung pada bahan induknya. Tanah ini cukup produktif untuk mengembangkan berbagai komoditas tanaman pertanian mulai tanaman pangan, hortikultura, dan perkebunan.

2.2.4        Iklim
Seperti halnya dengan daerah lain di Indonesia, di Kecamatan Manuju hanya dikenal dua musim, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Biasanya musim kemarau dimulai pada Bulan Juni hingga September, sedangkan musim hujan dimulai pada Bulan Desember hingga Maret. Keadaan seperti itu berganti setiap setengah tahun setelah melewati masa peralihan, yaitu Bulan April-Mei dan Oktober-Nopember. Curah hujan di Kabupaten Gowa yaitu 237,75 mm dengan suhu 27,125°C. Curah hujan tertinggi yang dipantau oleh beberapa stasiun/pos pengamatan terjadi pada Bulan Desember yang mencapai rata-rata 676 mm, sedangkan curah hujan terendah pada Bulan Juli - September yang bisa dikatakan hampir tidak ada hujan (BKPM, 2012).
2.2.5        Daerah Aliran Sungai
Wilayah Kabupaten Gowa dilalui oleh 15 sungai besar dan kecil yang sangat potensial sebagai sumber tenaga listrik dan untuk pengairan. Salah satu diantaranya sungai terbesar di Sulawesi Selatan adalah sungai Jeneberang dengan luas 881 Km2 dan panjang 90 Km. Di atas aliran sungai Jeneberang oleh Pemerintah Kabupaten Gowa yang bekerja sama dengan Pemerintah Jepang, telah membangun proyek multifungsi DAM Bili-Bili dengan luas ± 2.415 Km2 yang dapat menyediakan air irigasi seluas ± 24.600 Ha, komsumsi air bersih (PAM) untuk masyarakat Kabupaten Gowa dan Makassar sebanyak 35.000.000 m3 dan untuk pembangkit tenaga listrik tenaga air yang berkekuatan 16,30 Mega Watt (BKPM, 2012).

2.2.6 Topografi
Kecamatan Manuju yang memiliki luas hutan produksi terbesar ini berada pada lima kelas topografi, yaitu mulai dari Datar (0-8%), Landai (8-15%), Agak Curam (15-25%), Curam (25-45%), sampai sangat curam (>45%). Kondisi topografi agak curam merupakan yang terluas. Dengan kondisi topografi yang bervariasi tersebut maka dipastikan komposisi  vegetasi yang tersusun juga bervariasi (Soewardjo et, al. 1988). Kecamatan Manuju juga merupakan salah satu kecamatan yang berada di kabupaten Gowa yang mempunyai kemiringan tanah diatas 10o yang sebagian besar merupakan dataran tinggi yang berbukit-bukit. Jenis tanah di daerah ini adalah tanah alfisol karena didominasi warna kemerahan dan teksturnya liat.


















III. METODE PELAKSANAAN
3.1 Waktu dan Tempat
            Praktikum lapang ini dilaksanakan pada hari Selasa pukul 10.00 WITA sampai selesai di Dusun Manyampa Desa Tana Karaeng Kecamatan Manuju Kabupaten Gowa.
3.2 Alat dan Bahan
            Alat yang digunakan pada praktikum lapang ini ialah cangkul, GPS, peta RBI, parang, meteran, selang kecil panjang 5 meter, dan ablay level.
            Adapun bahan yang digunakan yaitu batang pohon gamal setinggi 70 cm, air dan semak/tumbuhan lain.
3.3 Prosedur Pelaksanaan
   Adapun prosedur pelaksanaan pada prakikum ini yaitu:
1.    Mengidentifikasi lahan yang akan dijadikan tempat konservasi, seperti kelerengan, arah aliran air dan kontur.
2.    Mengisi selang dengan air, upayakan didalam selang tidak ada gelembung udara
3.    Memilih lokasi yang bertopografi agak curam atau berbukit
4.    Menentukan kemiringan lokasi
5.    Menyiapkan batang pohon gamal sebanyak 8 batang dengan ukuran masing-masing potongan yaitu 70 cm
6.    Mengukur jarak antar teras sejauh 5 meter dan menancapkan 1 potongan gamal pada jarak 5 meter tersebut
7.    Mengukur jarak antar patok yang searah dengan garis kontur sejauh 2 meter, setiap jarak 2 meter tersebut diberi patok.
8.    Memilih 2 potongan kayu yang sama panjang
9.    Melihat dan memilih ketinggian lahan yang sama antar patok yang ditanam yang searah dengan garis kontur dengan menggunakan metode selang, dengan melihat ketinggian air yang sama pada kedua ujung selang.
10.            Memberikan serasah di sekitar patok yang searah dengan garis kontur.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Adapun hasil yang kami dapatkan dalam praktikum pembuatan teras vegetatif ialah sebagai berikut.
Tabel.1. Langkah Kerja Pembuatan Teras Vegetatif
GAMBAR
KETERANGAN
1.    
Meletakkan selang yang telah terisi air di aas permukaan tanah untuk mencari persamaan titik kontur.
2.       
https://fbcdn-sphotos-h-a.akamaihd.net/hphotos-ak-xpf1/v/t34.0-12/10301540_753794777974590_934967932864959747_n.jpg?oh=53c7b5ea5991cbb4e6cf63d0354ca0b5&oe=538DC13F&__gda__=1401814912_72000ca66927702f8984e26e7e46cf56
Mengukur jarak antar teras dengan menggunakan rool meter
3.       
      
Memasang patok dari setek pohon gamal.
4.       
            
     
Mengatur jarak antar patok sejauh 2 meter.
5.        https://fbcdn-sphotos-h-a.akamaihd.net/hphotos-ak-xpf1/v/t34.0-12/10371929_753795044641230_4210705179133313458_n.jpg?oh=3bd9ea4b8ad56c8fa9f483247e15207c&oe=538E5D23&__gda__=1401818140_63532885c0b588ab7b75fe56532cd7c8
Mengeukur kemiringan lereng dengan menggunakan busur dan penggaris.

4.2 Pembahasan
Dalam praktikum konservasi tanah dan air ini kami menggunakan metode konservasi lahan dengan cara vegetatif, menggunakan setek pohon gamal setinggi 70 cm yang ditanam pada tiap-tiap baris searah garis kontur, jarak antar kontur dibuat sejauh 5 meter sedangkan jarak antar patok sejauh 2 meter.
Metode konservasi secara vegetative dipilih karena menurut Sukirno (1995) Pengelolaan tanah secara vegetatif dapat menjamin keberlangsungan keberadaan tanah dan air karena memiliki sifat: (1) memelihara kestabilan struktur tanah melalui sistem perakaran dengan memperbesar granulasi tanah, (2) penutupan lahan oleh serasah dan tajuk mengurangi evaporasi, (3) disamping itu dapat meningkatkan aktifitas mikroorganisme yang mengakibatkan peningkatan porositas tanah, sehingga memperbesar jumlah penyerapan air (infiltrasi) dan mencegah terjadinya erosi.
Pada gambar satu yang dilakukan ialah meletakkan selang berisi air di atas permukaan tanah untuk mencari persamaan titik kontur. Pada gambar kedua yang dilakukan adalah mengukur jarak antar teras, tujuan dilakukannya ialah agar pertanaman tidak terlalu rapat antar titik kontur. Gambar kedua memasang patok dari setek pohon gamal, tujuannya agar patok tersebut dijadikan patokan jarak antar kontur. Gambar keempat dilakukan pengukuran lagi untuk mengatur jarak antar patok atau antar tanaman gamal sejauh 2 meter di garis kontur yang sama. Gambar terakhir menunjukkan aktifitas mengukur kemiringan lereng, tujuannya ialah agar kemiringan lereng diketahui, dengan demikian kita dapat memprediksi tingkat kecepatan aliran permukaan yang mungkin terjadi, serta dapat diketahui tingkat keefektifan metode konservasi untuk mencegah tanah tererosi.
Penanaman pohon gamal ini dimaksudkan agar patokan pohon tersebut dapat menahan partikel tanah di bawahnya sehingga menghambat kecepatan aliran air dan memperbesar resapan air ke dalam tanah. Cara ini sangat cocok dilakukan pada lahan dengan kemiringan 3 – 8%. Selain itu, konservasi dengan metode vegetatif akan memberikan nilai tambah terutama pada kesuburan tanah karena seraah-serasah daun yang di tanam akan jatuh ke tanah dan akan menjadi sumber bahan organic yang baik bagi tanah. Keberadaan bahan organik di dalam tanah akan membantu meningkatkan daya ikat tanah tehadap air yang menyebabkan laju infiltrasi akan semakin tinggi sehingga air tetap tersedia bagi tanaman.













V. KESIMPULAN
            Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Penerapan teknik konservasi tanah dan air meliputi teknik vegetatif, dengan tujuan utama untuk mempertahankan fungsi tanah dan air dari kehilangan dan kerusakannya.
2.  Teknik yang digunakan dalam konservasi tanah dan air ini ialah teknik Hedge Row dengan skema penanaman tanaman buah dengan jarak 10 m, setiap 5 m ditanami gamal, diantara pohon gamal ditanami rumput gajah dan jagung.
3. Penanaman tanaman berdasarkan titik kontur dengan kemiringan 150 dengan persentase kemiringan lerengnya adalah 33,33%.
DAFTAR PUSTAKA
BKPM. 2012. Peluang Investasi Daerah Kabupaten Gowa. Katalog Dalam Terbitan. Diakses pada tanggal 02 Juni 2014 pukul 12.13 WITA.
Djoko Santoso, dkk. 2014. Teknologi Konservasi Tanah Vegetatif. Diakses melalui http: // infront. web.id/394/teknik-konservasi-tanah-dan-air/ pada 10 Maret 2014 pukul 11:02 WITA.
Sukirno, 1995. Hand Out Teknik Konservasi Tanah. Program Studi Teknik Pertanian Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Soewardjo, H., L. H. Sibuea, dan J. Purnomo. 1988. Penerapan Pola Tanam Dalam Usaha Perawatan Tingkat Produktivitas Tanah di Kuamang Kuning, Jambi. dalam Hasil Penelitian Pola Usaha Tani Terpadu di daerah Transmigrasi Kuamang Kuning. Puslit Tanah. Bogor.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Jaringan Tumbuhan

BAB I PENDAHULUAN A.   Latar Belakang Secara umum jaringan berarti gabungan atau koordinasi antar beberapa sel yang mempunyai fungsi yang sama. Terkhusus untuk jaringan tumbuhan, terdapat jaringan meristem yang di dalamnya terdapat merisstem primer dan meristem sekunder. Jaringan kedua yaitu jaringan dewasa yang terdapat di dalamnya jaringan epidermis, jaringan parenkim, jaringan penguat, jaringan pengangkut dan jaringan gabus. Semua akan kita bahas di bab selanjutnya.             Untuk menguasai mata kuliah botani kita tidak hanya akan mempelajari klasifikasi sel, tetapi kita juga diharuskan mengetahui sifat dan fungsi jaringan tersebut. Lebih lanjut, akan dibahas sedikit mengenai anatomi akar, batang dan daun untuk memudahkan kita dalam pengklasifikasian jaringan karena ketiga bagian tumbuhan ini mempunyai jaringan-jaringan tersendiri yang khas sesuai fungsinya. B.   Rumusan Masalah Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka dapat ditarik beberapa rmusan ma

Pelanggan Nomor 5

Oleh: Fatmawati Liliasari Ada sebuah warung kopi di salah satu kompleks pemukiman di kota kami. Sebuah warung kopi istimewa sebab tidak hanya menyajikan kopi, aneka minuman dan makanan ringan tetapi juga menyajikan buku-buku yang bisa dibaca namun tidak bisa dibawa pulang. Tempat itu belakangan menjadi rumah bagiku, tempat bekerja sekaligus belajar. Lalu belakangan kutahu, tempat ini adalah rumah bagi kenangan milik seseorang. *** Warung kopi ini selalu buka pukul 7 malam. Ketika napas-napas malam mulai menggeliat, para pekerja telah pulang ke rumah masing-masing, dan kehidupan malam baru saja dimulai. Aku bersiap-siap di meja kasir, mengambil salah satu buku yang terpajang rapi di dinding sambil menunggu pelanggan pertama datang. Dua hari belakangan warung kami kedatangan seorang pelanggan. Perempuan. Dia datang sendiri, menyungging senyum lantas membunyikan bel pemesanan di meja kasir. Sesuatu yang sebetulnya tidak perlu. Tapi perempuan itu memaksa. “Biar saja. Aku

laporan biotek: pembuatan media tanam

BAB I PENDAHULUAN 1.1   Latar Belakang Media merupakan faktor utama dalam perbanyakan dengan kultur jaringan. Keberhasilan perbanyakan dan perkembangbiakan tanaman dengan metode kultur jaringan secara umum sangat tergantung pada jenis media. Media tumbuh pada kultur jaringan sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan eksplan serta bibit yang dihasilkannya. Oleh karena itu, macam-macam media kultur jaringan telah ditemukan sehingga jumlahnya cukup banyak. Nama-nama media tumbuh untuk eksplan ini biasanya sesuai dengan nama penemunya. Media tumbuh untuk eksplan berisi kualitatif komponen bahan kimia yang hampir sama, hanya agak berbeda dalam besarnya kadar untuk tiap-tiap persenyawaan. Media yang digunakan biasanya berupa garam mineral, vitamin, dan hormon. Selain itu diperlukan juga bahan tambahan seperti agar-agar, gula, arang aktif, bahan organik dan lain-lain. Zat pengatur tumbuh yang ditambahkan juga bervariasi, baik jenis maupun jumlahnya. Medium yan