Langsung ke konten utama

Laporan Pupuk dan Pemupukan


Kata Pengantar
Alhamdulillah Laporan Lengkap Praktikum Pupuk dan Pemupukan telah selesai disusun. Laporan ini disusun berdasarkan pada ketentuan yang telah diberikan. Dalam laporan lengkap ini terdapat beberapa hasil praktikum yang telah saya lakukan, semua praktikum didasari oleh metode-metode penentuan masing-masing praktikum yang telah diinstruksikan oleh asisten.
Penyusunan laporan lengkap ini merupakan bagian dari rangkaian pembelajaran Mata Kuliah Pupuk dan Pemupukan. Dalam penulisannya telah diusahakan sedemikian rupa dan dengan penuh kesungguhan sehingga menghasilkan laporan yang baik dan bisa dijadikan bahan belajar bagi kita semua, namun bila masih terdapat hal-hal yang kurang tepat, kiranya diberikan saran agar saya dapat lebih menyempurnakannya.
Semoga Laporan Lengkap ini dapat dijadikan bahan belajar sehingga dapat meningkatkan ilmu kita dan sekiranya bila ada kata-kata yang salah mohon dimaafkan karena sesungguhnya manusia tak pernah lepas dari ketidak sempurnaan.
            Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Makassar, 18 Juni 2014
Penyusun,







DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL…………………………………………………………….
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………………..
KATA PENGANTAR……………………………………………………………..
DAFTAR ISI……………………………………………………………………….
I.    PENDAHULUAN
1.1     Latar Belakang…………………………………………………………......
1.2     Tujuan dan Kegunaan……………………………………………………...
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Pupuk………………………………………………………………………
2.1.1     Pupuk Organik…………………………………………………….
2.1.2     Pupuk Anorganik………………………………………………….
2.2  Tanaman Jagung…………………………………………………………...
2.3  Tanah Alfisol………………………………………………………………
III.    METODOLOGI
3.1  Tempat dan Waktu…………………………………………………………
3.2  Alat dan Bahan……………………………………………………………..
3.3  Prosedur……………………………………………………………………
IV.    HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1  Hasil………………………………………………………………………..
4.2  Pembahasan………………………………………………………………...
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1  Kesimpulan………………………………………………………………...
5.2  Saran……………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN



I.       PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Tanaman jagung juga merupakan salah satu komoditi strategis dan bernilai ekonomis serta mempunyai peluang untuk dikembangkan karena kedudukannya sebagai sumber utama karbohidrat dan protein setelah beras. Peningkatan produksi jagung menunjukkan bahwa produksi jagung nasional rata-rata cenderung menurun, sedangkan laju pertumbuhan penduduk selalu positif yang berarti kebutuhan terus meningkat. Pada kenyataannya total produksi dan kebutuhan nasional dari tahun ke tahun menunjukkan kesenjangan yang terus melebar jika terus dibiarkan, konsekuensinya adalah peningkatan jumlah impor jagung yang semakin besar dan negara semakin tergantung pada negara asing.
Lahan pertanaman jagung di Indonesia kebanyakan adalah lahan kering tanah alfisol  yang produktivitas lahan umumnya relatif rendah sebagai akibat kandungan humus yang sudah sangat rendah, terutama yang sudah cukup lama dimanfaatkan untuk budidaya tanaman pangan. Oleh sebab itu, usaha-usaha untuk meningkatkan produksi jagung selalu dikembangkan salah satunya ialah dengan mengaplikasikan pupuk organik dan anorganik di berbagai jenis tanah yang berbeda.
Pecobaan ini dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan tanaman jagung di tanah alfisol dengan berbagai perlakuan pemberian pupuk organik dan anorganik berbagai dosis, dan mencari perlakuan mana yang paling optimal untuk pertumbuhan tanaman jagung.
1.2  Tujuan dan Kegunaan
Adapun tujuan dilaksanakannya praktikum ini adalah untuk mengetahui pengaruh pupuk organik dan anorganik terhadap pertumbuhan tanaman jagung paada tanah alfisol.
Adapun kegunaannya ialah sebagai bahan rujukan dan informasi bagi masyarakat tentang pengaruh pupuk organik dan anorganik terhadap tanaman jagung di tanah alfisol.
II.       TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Pupuk
Pupuk adalah semua bahan yang ditambahkan pada tanah dengan maksud untuk memperbaiki sifat fisis, kimia dan biologis. Sebagai tempat tumbuhnya tanaman, tanah harus subur, yaitu memiliki sifat fisis, kimia, dan biologi yang baik. Sifat fisis menyangkut kegemburan, porositas, dan daya serap. Sifat kimia mennyangkut pH serta ketersedian unsur- unsur hara. Sedangkan sifat biologis menyangkut kehidupan mikroorganisme dalam tanah. Tumbuhan memerlukan nutrisi baik zat organik maupun zat anorganik. Nutrisi organik diperoleh melalui proses fotosintesis, sedangkan nutrisi anorganik semuanya diperoleh melalui akar dari dalam tanah dalam bentuk zat-zat terlarut berupa kation dan anion yang mampu masuk ke dalam pembuluh xilem akar (Sulanjana, Agung dkk. 2005).
2.1.1        Pupuk Organik
Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri dari bahan organik yang berasal daritanaman dan atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat dibentuk padat atau cair yang digunakan untuk mensuplai bahan organik, memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.
Pemberian pupuk organik dapat memperbaiki struktur tanah, menaikan bahan serap tanah terhadap air, menaikan kondisi kehidupan di dalam tanah, dan sebagai sumber zat makanan bagi tanaman (Lingga, 2008).
2.1.2        Pupuk Anorganik
Pupuk anorganik adalah hasil proses rekayasa secara kimia, fisik dan atau biologis dan merupakan hasil industri atau pabrik pembuat pupuk. Pemberian pupuk anorganik untuk merangsang pertumbuhan secara keseluruhan khususnya cabang, batang, daun, dan berperan penting dalam pembentukan hijau daun (Lingga, 2008).
Pemupukan bertujuan mengganti unsur hara yang hilang dan menambah persediaan unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk meningkatkan produksi dan mutu tanaman. Ketersediaan unsur hara yang lengkap dan berimbang yang dapat diserap oleh tanaman merupakan faktor yang menentukan pertumbuhan dan produksi tanaman (Nyanjang,2003).

2.2  Tanaman Jagung
Klasifikasi tanaman jagung:
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas: Commelinidae
Ordo: Poales
Famili:
Poaceae (suku rumput-rumputan)
Genus:
Zea
Spesies: Zea mays L.
Jagung termasuk tanaman akar serabut yang terdiri dari tipe akar yaitu akar dan seminal, akar adventif dan akar udara, seminal tumbuh dari radikma dan embrio. Akar adventif disebut juga akar tunjang. Akar ini dari buku paling bawah. Sekitar 4 cm di bawah permukaan tanah. Akar udara adalah akar yang keluar dari dua atau lebih dari buku  terbawah dekat permukaan tanah.
      Batang jagung tidak bercabang. Berbentuk silinder. Pada buku ruas akan muncul tunas berkembang menjadi tongkol. Tinggi jagung tergantungvariates. Umumnya berkisar 100-300 cm. daun jagung memanjang dan keluar dari buku-buku batang. Jumlah daun terdiri dari 8-48 helaian tergantung varietasnya. Antara kelopak dan helaian terdapat lidah daun yang disebut ligula, fungsi ligula adalah mencegah air masuk kedalam kelopak daun dan batang (Adisarwanto, T., 2008).
Kondisi pH yang baik untuk pertumbuhan jagung hibrida berkisar antara 5.5-7.0 dan pH optimal 6.8 terutama pada saat berbunga dan pengisian biji. Curah hujan yang normal untuk pertumbuhan tanaman jagung yang ideal adalah sekitar 250mm/tahun sampai 2000mm/tahun (Adisarwanto, T., 2008).
2.3  Tanah Alfisol
Tanah yang termasuk ordo Alfisol merupakan tanah-tanah yang terdapat penimbunan liat di horison bawah (terdapat horison argilik) dan mempunyai kejenuhan basa tinggi yaitu lebih dari 35% pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah. Liat yang tertimbun di horison bawah ini berasal dari horison di atasnya dan tercuci kebawah bersama dengan gerakan air. Padanan dengan sistem klasifikasi yang lama adalah termasuk tanah Mediteran Merah Kuning, Latosol, kadang-kadang juga Podzolik Merah Kuning (Sarief, 1986).
Tanah Alfisol mempunyai keunggulan sifat fisika yang relatif bagus, tetapi tanah Alfisol umumnya miskin hara tanaman baik yang makro maupun mikro dan hanya kaya akan hara Ca dan Mg (Supardi, 1983). Produktivitas lahan umumnya relatif rendah sebagai akibat kandungan humus yang sudah sangat rendah, terutama yang sudah cukup lama dimanfaatkan untuk budidaya tanaman pangan (Sarief, 1986).Tanah Alfisol di Indonesia sekitar 7 juta hektar tersebar di Pulau Jawa dan Nusa Tenggara (Takala, 1997). Namun demikian berapa luas lahan kering Alfisol yang sudah dimanfaatkan untuk budidaya tanaman pangan belum diperoleh data yang jelas.














III. METODOLOGI
3.1  Tempat dan Waktu
Praktikum ini dilaksanakan di rumah kaca dan laboratorium kimia dan kesuburan tanah jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin Makassar setiap hari Rabu pukul 15.00 WITA mulai dari tanggal 28 april-11 juni 2014.
3.2  Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini antara lain cangkul, 6 pot berkapasitas 5 kg, saringan, ember, cutter, amplop sampel dan timbangan.
Bahan yang digunakan ialah tanah alfisol sebanyak 5 kg per pot, benih tanaman jagung, air, pupuk urea untuk 3 pot masing-masing 0.5 gram, pupuk SP-36 untuk 3 pot masing-masing 0.25 gram, pupuk KCL untuk 3 pot masing-masing 0.125 gram dan bahan organik untuk 3 pot masing-masing 12.5 gam.
3.3  Prosedur
Adapun langkah kerja yang dilakukan selama praktikum ialah:
1.      Menyiapkan tanah alfisol sebanyak 30 kg
2.      Menghaluskan tanah dengan menggunakan saringan.
3.      Mengisi 6 pot dengan tanah yang sudah dihaluskan sebanyak 5 kg untuk masing-masing pot
4.      Mencampur bahan organik ke dalam pot berisi tanah
5.      Menanam benih jagung ke dalam pot
6.      Melakukan penyiraman secara rutin 2 kali sehari selama 5 minggu
7.      Melakuka pengukuran tinggi tanaman dan menghitung jumlah daun setiap 3 hari sekali.
8.      Melakukan pemanenan tanaman jagung setelah berumur 5 minggu.
9.      Menimbang berat basah semua tanaman jagung tiap-tiap perlakuan
10.  Melakukan pengeringan tanaman jagung menggunakan oven selama 24 jam
11.  Menimbang berat kering tanaman jagung setelah dioven.
12.  Membuat laporan pengamatan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1  Hasil
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, maka didapatkan hasil sebagai seperti tabel berikut:
Tabel 1. Hasil Berat Basah Unit 3
Perlakuan
Total
Rata-Rata
             Kontrol                               17,4                                       5,8
+ N + P + K + (BO - EM4)
42,38
14,12
- N + P + K + (BO - EM4)
44,8
14,93
+ N + P – K + (BO - EM4)
31,2
10,4
+ N - P + K + (BO - EM4)
24,4
8,13
+ N + P + K - (BO - EM4)
14,6
4,87
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2014
Tabel 2. Hasil Berat Kering Unit 3
Perlakuan
Total
Rata-Rata
Kontrol
1,6
0,53
+ N + P + K + (BO - EM4)
4,4
1,46
- N + P + K + (BO - EM4)
4
1,33
+ N + P - K + (BO - EM4)
2,7
0,9
+ N - P + K + (BO - EM4)
2
0,67
+ N + P + K - (BO - EM4)
1,4
0,47
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2014
Tabel 3. Hasil Berat Basah Unit 4
Perlakuan
Total
Rata-Rata
Kontrol
18,2
6,07
NP
21,4
7,13
N
22,4
7,47
NK
26
8,66
NPK
22,6
7,53
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2014
Tabel 4. Hasil Berat Kering Unit 4
Perlakuan
Total
Rata-Rata
Kontrol
1,8
0,6
NP
2,2
0,73
N
2,2
0,73
NK
2,4
0,8
NPK
2
0,67
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2014
4.2  Pembahasan
Dari data hasil pada tabel 1 berat basah unit 3  dengan total berat kontrol sebesar 17.4 gram dengan rata-rata berat 5.8 gram. Total dan rata-rata berat basah yang tertinggi terdapat pada perlakuan –N+P+K+(BO-EM4) dengan total berat 44.8 gram dan rata-rata 14.93 gram. Sedangkan total dan rata-rata berat basah terendah terdapat pada perlakuan +N+P+K- (BO-EM4) dengan total berat 14.6 dan rata-rata 4.87 gram
Pada tabel 2 berat kering unit 3 diperoleh nilai total dan rata-rata berat kering tertinggi pada perlakuan +N+P+K+(BO-EM4) dengan total berat sebesar 4.4 gram dan rata-rata 1.46 gram. Sedangkan total dan rata-rata berat kering terendah diperoleh pada perlakuan +N+P+K-(BO-EM4) dengan total berat sebesar 1.4 gram dan rata-rata 0.47 gram.
Pada tabel 3 berat basah unit 4 diperoleh nilai total dan rata-rata tertinggi pada perlakuan NK dengan total berat 26 gram dan rata-rata 8.66 gram. Sedangkan total dan rata-rata berat basah terendah terdapat pada perlakuan kontrol dengan total berat 18.2 gram dan rata-rata 6.07 gram.
Tabel 4 berat kering unit 4 dapat dilihat total berat dan rata-rata tertinggi diperoleh pada perlakuan NK dengan total berat 2.4 gram dan rata-rata berat sebesar 0.8 gram. Sedangkan total dan rata-rata berat kering terendah diperoleh pada perlakuan kontrol dengan total berat 1.8 gram dan rata-rata 0.6 gram.  
Perlakuan aplikasi pupuk paling baik untuk pertumbuhan tanaman jagung dilihat dari bobot basah dan bobot keringnya, semakin besar bobot basah dan bobot kering berarti semakin baik pertumbuhan tanaman (Nyanjang 2003).
Untuk unit 3, perlakuan aplikasi pupuk paling baik untuk tanaman ialah perlakuan –N+P+K+ (BO-EM4), sedangkan yang kurang baik terdapat pada perlakuan +N+P+K+ (BO-EM4) karena nilai berat basah dan bera keringnya merupakan yang paling rendah di unitnya, hal tersebut sesuai dengan yang dinyatakan oleh Adisarnto (2008), bahwa bobot basah dan obot kering yang rendah menunjukkan pertumbuhan tanaman yang kurang baik.
Untuk unit 4, perlakuan aplikasi paling baik terdapat pada perlakuan NK karena nilai bobot berat yang tinggi dan bobot kering yang tinggi dibandingkan perlakuan lain di unitnya. Sedangkan perlakuan aplikasi pupuk yang kurang baik terdapat pada kontrol karena berat keringnya paling rendah.























V.    KESIMPULAN DAN SARAN
5.1  Kesimpulan
Berdasarkan apa yang telah dibahas maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.      Pemberian pupuk anorganik dapat merangsang pertumbuhan secara keseluruhan khususnya cabang, batang, daun, dan berperan penting dalam pembentukan hijau daun.
2.      Pada unit 3 rata-rata berat basah dan berat kering tertinggi terdapat pada perlakuan –N+P+K+(BO-EM4), sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan +N+P+K-(BO-EM4).
3.      Pada unit 4 rata-rata berat basah dan berat kering tertinggi terdapat pada perlakuan NK, sedangkan rata-rata berat basah dan berat kering terendah terdapat pada perlakuan kontrol.

5.2  Saran
Untuk kelancaran proses praktikum selanjutnya diharapkan kelengkapan alat-alat praktikum seperti timbangan dan jenis-jenis pupuk anorganik agar penimbangan dan pemupukan tanaman dilakukan secara serentak.












DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto, T., Y. E. Widyastuti. 2008. Meningkatkan Produksi Jagung di Lahan Kering, Sawah dan Pasang Surut. Penebar Swadaya. Jakarta.
Nyanjang, R., A. A. Salim., Y. Rahmiati. 2003. Penggunaan Pupuk Majemuk NPK 25-7-7 Terhadap Peningkatan Produksi Mutu Pada Tanaman Teh Menghasilkan di Tanah Andisols. PT. Perkebunan Nusantara XII. Prosiding Teh Nasional. Gambung. Hal 181-185.
Sarief S. 1986. Ilmu Tanah Pertanian. Pustaka Buana. Bandung. 157 h.
Sulanjana, Agung dkk. 2005. Makalah Industri Pupuk dan Amonia. Bandung; Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.
Supardi. G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Institut Pertanian Bogor.
Takala. 1997. Tanah pertanian di Indonesia. Editor. Edisi Khusus. Jakarta.











LAMPIRAN
PERHITUNGAN DOSIS PUPUK
   → c= (a xd)/b                          Ket:
a= berat tanah/pot→ (kg)
b= berat tanah/ha → (kg)
c= dosis pupuk/pot → (kg)
d= dosis pupuk/ha → (kg)
1.      Menentukan dosis pupuk urea per pot
Diketahui berat tanah per pot ialah 5 kg, berat tanah per hektar ialah 2 x 106 dan dosis pupuk urea per ha ialah 200 kg. tentukanlah dosis pupuk per pot.
c = (5 x 200)/ 2 x 106
c = 0.0005 kg/pot
c = 0.5 gr/pot
1.      Menentukan dosis pupuk SP-36 per pot
Diketahui berat tanah per pot ialah 5 kg, berat tanah per hektar ialah 2 x 106 dan dosis pupuk urea per ha ialah 100 kg. tentukanlah dosis pupuk per pot.
c = (5 x 100)/ 2 x 106
c = 0.00025 kg/pot
c = 0.25 gr/pot
2.      Menentukan dosis pupuk KCL per pot
Diketahui berat tanah per pot ialah 5 kg, berat tanah per hektar ialah 2 x 106 dan dosis pupuk urea per ha ialah 50 kg. tentukanlah dosis pupuk per pot.
c = (5 x 50)/ 2 x 106
c = 0.000125 kg/pot
c = 0.125 gr/pot
3.      Menentukan dosis pupuk organik per pot
Diketahui berat tanah per pot ialah 5 kg, berat tanah per hektar ialah 2 x 106 dan dosis pupuk urea per ha ialah 5000 kg. tentukanlah dosis pupuk per pot.
c = (5 x 5000)/ 2 x 106
c = 0.0125 kg/pot
c = 12.5 gr/pot

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Jaringan Tumbuhan

BAB I PENDAHULUAN A.   Latar Belakang Secara umum jaringan berarti gabungan atau koordinasi antar beberapa sel yang mempunyai fungsi yang sama. Terkhusus untuk jaringan tumbuhan, terdapat jaringan meristem yang di dalamnya terdapat merisstem primer dan meristem sekunder. Jaringan kedua yaitu jaringan dewasa yang terdapat di dalamnya jaringan epidermis, jaringan parenkim, jaringan penguat, jaringan pengangkut dan jaringan gabus. Semua akan kita bahas di bab selanjutnya.             Untuk menguasai mata kuliah botani kita tidak hanya akan mempelajari klasifikasi sel, tetapi kita juga diharuskan mengetahui sifat dan fungsi jaringan tersebut. Lebih lanjut, akan dibahas sedikit mengenai anatomi akar, batang dan daun untuk memudahkan kita dalam pengklasifikasian jaringan karena ketiga bagian tumbuhan ini mempunyai jaringan-jaringan tersendiri yang khas sesuai fungsinya. B.   Rumusan Masalah Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka dapat ditarik beberapa rmusan ma

Pelanggan Nomor 5

Oleh: Fatmawati Liliasari Ada sebuah warung kopi di salah satu kompleks pemukiman di kota kami. Sebuah warung kopi istimewa sebab tidak hanya menyajikan kopi, aneka minuman dan makanan ringan tetapi juga menyajikan buku-buku yang bisa dibaca namun tidak bisa dibawa pulang. Tempat itu belakangan menjadi rumah bagiku, tempat bekerja sekaligus belajar. Lalu belakangan kutahu, tempat ini adalah rumah bagi kenangan milik seseorang. *** Warung kopi ini selalu buka pukul 7 malam. Ketika napas-napas malam mulai menggeliat, para pekerja telah pulang ke rumah masing-masing, dan kehidupan malam baru saja dimulai. Aku bersiap-siap di meja kasir, mengambil salah satu buku yang terpajang rapi di dinding sambil menunggu pelanggan pertama datang. Dua hari belakangan warung kami kedatangan seorang pelanggan. Perempuan. Dia datang sendiri, menyungging senyum lantas membunyikan bel pemesanan di meja kasir. Sesuatu yang sebetulnya tidak perlu. Tapi perempuan itu memaksa. “Biar saja. Aku

laporan biotek: pembuatan media tanam

BAB I PENDAHULUAN 1.1   Latar Belakang Media merupakan faktor utama dalam perbanyakan dengan kultur jaringan. Keberhasilan perbanyakan dan perkembangbiakan tanaman dengan metode kultur jaringan secara umum sangat tergantung pada jenis media. Media tumbuh pada kultur jaringan sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan eksplan serta bibit yang dihasilkannya. Oleh karena itu, macam-macam media kultur jaringan telah ditemukan sehingga jumlahnya cukup banyak. Nama-nama media tumbuh untuk eksplan ini biasanya sesuai dengan nama penemunya. Media tumbuh untuk eksplan berisi kualitatif komponen bahan kimia yang hampir sama, hanya agak berbeda dalam besarnya kadar untuk tiap-tiap persenyawaan. Media yang digunakan biasanya berupa garam mineral, vitamin, dan hormon. Selain itu diperlukan juga bahan tambahan seperti agar-agar, gula, arang aktif, bahan organik dan lain-lain. Zat pengatur tumbuh yang ditambahkan juga bervariasi, baik jenis maupun jumlahnya. Medium yan