Langsung ke konten utama

Sebuah Kunjungan

Oleh : Fatmalilia Atha Azzahra

Kemarin, posko kami (Kahayya) mendapat kunjungan dari teman-teman KKN posko lain. Mereka datang berlima, dua laki-laki, tiga perempuan. Mereka datang memenuhi rasa penasarannya terhadap keindahan-keindahan alam yang ada di Kahayya. Satu malam mereka menginap, katanya ingin merasakan dinginnya Kahayya di malam hari.
Yang membuat saya tertarik menuliskan kunjungan mereka adalah pertanyaan salah seorang dari tiga perempuan itu ketika kami hanya berempat, “Tidak na aniayajako laki-lakinya di sini?” Pertanyaan itu dilontarkan dengan suara pelan, nyaris berbisik. Seolah takut ada yang mendengar.
Mendengar pertanyaan itu saya hanya menyengir tanggung kebingungan sambil menjawab “Ndakji.” Saya bingung, tidak paham defenisi ‘dianiaya’ seperti apa yang mereka maksud. Secara keseluruhan saya baik-baik saja dengan lima laki-laki teman seposko saya. Kami berenam asik-asik aja kok. Masing-masing tahu apa yang harus dikerjakan.
Tetapi beberapa jam ke depan bersama mereka, saya sedikit-sedikit mulai paham apa yang mereka maksud ‘dianiaya’. Cara ketiga perempuan ini memperlakukan dua laki-laki teman seposkonya sama seperti yang sering dituturkan oleh Raditya Dika. Kalau cewek-cewek itu selalu memperbudak kaum lelaki.
Dua laki-laki itu dengan sikap ‘gentle’-nya mau saja disuruh apa saja, dijadikan sasaran cemoohan dan candaan brutal demi menyenangkan ketiga perempuan itu. Mungkin kedua laki-laki ini hanya takut dicap sebagai laki-laki yang tidak tahu caranya memperlakukan perempuan sehingga bersikap begitu.
Mungkin yang mereka maksud ‘dianiaya’ adalah kelima teman seposko saya membiarkan saya mencuci piring sendiri setiap pagi dengan air sedingin es, menyeduhkan mereka kopi sementara mereka sendiri masih tidur adalah bentuk penganiayaan kalau dilihat dari pandangan mereka ketika saya melakukannya pagi-pagi benar.
Atau mungkin teman-teman seposko saya yang tidak kelihatan se-care teman laki-laki seposko mereka, yang bersedia berjalan kembali ke belakang ketika teman-teman perempuan mereka kelelahan berjalan, atau kesediaan mereka menarik teman perempuannya saat tiba di tanjakan yang membuat putus asa. Teman-teman seposkoku paling-paling hanya menunggu di depan, singgah mengurusi game COC-nya dan menyerang sebentar sampai saya muncul di ujung tanjakan.
Saya bukannya iri karena teman-teman seposko saya tidak tampak begitu peduli. Saya malah tidak akan nyaman kalau diperlakukan terlalu berlebihan, seolah-olah saya tidak bisa mengurus diri saya sendiri, sehingga senantiasa mengharapkan perhatian dari orang lain. Saya malah senang setiap kali menyeduhkan kopi untuk mereka atau setiap pagi mencuci piring sendiri, setidaknya keberadaan saya dapat meringankan beban mereka. Bukankah laki-laki dan perempuan diciptakan agar dapat saling membagi beban satu sama lain, agar tak ada beban yang terlalu berat untuk dipikul.
Lagipula saya selalu ingat kata Bang Tere Liye. “Jadi anak gadis itu harus gesit, pandai melakukan banyak hal, dan bisa diandalkan. Nggak suka menye-menye, tahunya cuma manja-manja, setiap hari kerjanya online dan cekikikan nggak jelas.”
Jangan sampai kita sebagai perempuan terjebak dalam pengertian emansipasi salah tafsir. Emansipasi hadir agar laki-laki dapat hidup rukun sebagai ‘teman hidup’, yang salah satunya tidak akan eksis tanpa kehadiran yang lainnya. Bukan sebagai majikan dan budak yang saling menaklukkan satu sama lain. Emansipasi hadir bukan sebagai dalih bagi perempuan untuk menuntut selalu ingin dimengerti sementara mereka lupa mengerti orang lain.
Saya bukannya membela para lelaki atau memihak mereka, saya menulis ini sebagai seorang individu yang galau, resah menyaksikan gejala-gejala sosial yang tidak beres, yang berjalan tidak sebagaimana mestinya.
Terakhir, sebagai penutup. Izinkan saya mengutip sebuah syair yang sangat indah, saking indahnya saya sampai lupa siapa penyairnya (Astagfirullah!).
Tidak diciptakan dari tulang ubun-ubun
Sebagai yang senantiasa dijunjung, disanjung dan dipuja
Bukan pula dari tulang kaki
Sebagai budak yang bisa diinjak
Tetapi dari rusuk kiri
Dekat ke tangan untuk dilindungi
Dekat ke hati untuk dicintai


                                                            Kahayya-Bulukumba, 16 Agustus 2015

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pada Suatu Petang..

Aku memandang lepas ke pelataran HIMTI yang nyaris setengahnya tertutupi pohon bebungaan bila dilihat dari sela daun mangga depan Himpunan, tempatku berdiri dan mengamati saat ini. Di bawah sana, berpuluh-puluh manusia sepertiku lalu-lalang dengan berbagai urusan. Bolak-balik memfotokopi, susah payah mengekori asisten agar sudi membuka laporan walau selembar. Tetapi ada juga yang duduk santai di sudut kantin mace, meningkahi gerimis sore ini dengan kepul hangat kopi dan uap kretek, malas masuk kelas sebab katanya dosen tidak pernah mengajarkan kebenaran. Puluhan pasang kaki di bawah sana, kaki yang sama seperti kakiku, sedang terseok-seok mengejar mimpi atau titipan harapan dari orangtua. Tidak semuanya berhasil tentu saja. ada beberapa yang berhasil keluar dari kampus dengan toga yang dipindahkan secara khidmat oleh tangan Yang Mulia Rektor, tetapi tidak sedikit yang keluar dengan selembar SK DO yang ditandatangani juga oleh tangan Yang Mulia Rektor. Aku tidak sengaja...

Kamu tahu nggak, sih?

Kamu tahu? Tidak ada wanita di dunia ini yang cukup sanggup untuk tidak menuntut status dan kejelasan. Karena dia harus memutuskan pada siapa hatinya yang satu dijatuhkan. Kamu tahu tidak? Setiap kali kamu bercanda soal 'kita', ada sejenis perasaan yang belum kudefenisikan muncul. Dadaku tiba-tiba nyeri, seluruh tubuhku nyeri. Seperti ada sesuatu yang kau ambil dariku. Aku sakit hati, tapi tidak tahu karena apa. Kamu tahu kan, kalau aku tidak pernah cukup mampu untuk mengutarakan perasaan lewat kata. Cuma nyaman mengutarakan segalanya dalam tulisan. Kalau aku diam ketika kau 'candai', boleh jadi saat itu aku sedang berjuang menguatkan diri, biar tak jatuh terduduk saking sakitnya. Ramsis, 14 Mei 2015

Laporan ilmu Tanah: Bulk Density

I. PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang Bobot isi tanah (Bulk Density) adalah ukuran pengepakan atau kompresi partikel-partikel tanah (pasir, debu, dan liat). Bobot isi tanah bervariasi bergantung pada kerekatan partikel-partikel tanah itu. Bobot isi tanah dapat digunakan untuk menunjukkan nilai batas tanah dalam membatasi kemampuan akar untuk menembus (penetrasi) tanah, dan untuk pertumbuhan akar tersebut. Nilai bulk density dapat menggambarkan adanya lapisan padat pada tanah, pengolahan tanahnya, kandungan bahan organik dan mineral, porositas, daya menggenang air, sifat drainase dan kemudahan tanah ditembus akar.   Besaran ini menyatakan bobot tanah, yaitu padatan air persatuan isi. Yang paling sering di pakai adalah bobot isi kering yang umumnya disebut bobot isi saja. Nilai bobot isi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya pengolahan tanah, bahan organik, pemadatan alat-alat pertanian, tekstur, struktur, dan kandungan air tanah. Nilai ini banyak dipergunakan da...