Aku rindu masa kecilku..
Masa bermain rumah-rumahan tanah seorang diri di depan rumah bambu sederhana kami sambil menunggu Bapak pulang dari sawah. Tidak berapa lama Ibu akan bergabung denganku, di bale-bale di bawah teduh rumpun bambu. Ibu akan mengajariku membuat orang-orangan dari tanah liat lengkap dengan peralatan makannya. Piring-piring, cangkir, aneka sendok juga teko teh, semuanya dari tanah liat yang dibakar.
Aku rindu masa kecilku..
Masa kecil penuh petualangan dan musim bermain. Kalau sedang libur pada musim hujan, aku dan sepupuku yang tomboy selalu ngacir ke sawah saban siang. Mulanya cuma bermain-main dan saling mengejar di pematang, lalu ke saluran air sampai baju kami basah dan kulit cemong terciprat lumpur. Biasanya sebelum pulang pada petang hari, aku dan sepupuku yang tomboy itu ngebolang mencari kerang sawah atau keong kecil-kecil berwarna hitam sampai bajuku penuh. Kedua jenis moluska itu adalah lauk favorit di kampung kami saat musim hujan. Jadi aku tidak akan dimarahi Ibu meski pulang belepotan lumpur.
Aku rindu masa kecilku..
Dimana aku membuat sendiri mainan-mainanku. Atau betapa aku sudah begitu girang ketika mendapatkan sisa pelepah pisang yang digunakan ibu membungkus buras, lalu batang pelepah pisang itu kusulap menjadi kuda-kudaan. Aku akan berlari-lari mengitari rumah sambil membayangkan sedang menunggangi kuda sungguhan.
Selain kuda, aku juga pandai membuat pistol sederhana dari batang bambu kecil, pelurunya adalah kertas pembungkus kacang yang dibasahi. Kalau kehabisan, seringkali buku tulis yang kupakai mencatat habis kurobeki, kujadikan peluru.
Aku juga pandai membuat ketapel, layang-layang, dan pedende. Kalian tahu padende? Itu mainan kesukaanku. Terbuat dari bilah kayu/bambu seukuran pergelangan tangan yang ujung bawahnya dipasangi roda dari sandal bekas, semacam mobil-mobilan tapi yang ini berbentuk tongkat. Biasanya aku menambahkan kaleng susu di atas rodanya disertai sepotong kayu kecil seukuran telunjuk didikatkan pada karet. Padende istimewa seperti itu bisa mengeluarkan bunyi ribut dari tabuhan kaleng susu bila rodanya berputar. Bunyi ribut dan menyenangkan itu bisa membuat Ibu dan Bapak terbangun kalau tidur siang.
Aku rindu masa kecilku..
Masa dimana kebahagiaan terbesar saat bulan Ramadhan adalah karena kami punya kesempatan untuk main enggo-semacam permainan petak umpet plus kejar-kejaran yang biasanya dilakukan pada malam hari. Pada siang hari sebelum mengaji berkucuran keringat main galasin, lompat tali babakan, atau main santo.
Aku rindu masa kecilku..
Masa dimana makan malamku selalu berlauk burung puyuh. Aku suka sekali burung puyuh, saking sukanya Bapak sampai mengandangkan berpuluh-puluh ekor burung puyuh di rumah kami sebagai persediaan untuk dipotong khusus untukku. Tiap berangkat ke sawah Bapak pasti memasang perangkap di tengah sawah, dua tiga ekor biasa beliau bawa pulang saat petang. Aku menangis tak mau makan kalau seharian tidak pernah makan burung puyuh. Kalau sekarang aku senang pergi kemana-mana, senang jalan-jalan, "Itu karena kamu suka sekali makan burung puyuh waktu kecil" begitu kata Bapakku.
Aku rindu masa kecilku..
Masa dimana harta paling berharga yang kumiliki adalah kelereng, karet, dan gundu. Masa dimana aku bebas memanjati pohon jambu, mangga, dan rappo-rappo bila mereka sedang berbuah.
Duhai.. aku merindukan masa kanak-kanakku. Tapi sekarang ini tiap kali aku pulang ke kampung, yang kutemui adalah sawah yang sepi, pos ronda yang sesak, dan adikku yang masih kelas 5 SD sedang menonton serial Ganteng-Ganteng S***gala yang sedang tayang ulang.
Makassar, 12 Februari 2017
Komentar