Pagi-pagi sowan di dapur, ada sebutir bawang bombai teronggok kesepian di antara drama bawang merah dan bawang putih. Dia merana sendirian, merasa tidak berguna, dan saya ingin membuatnya menjadi lebih bermanfaat.
Saya mengupas kulitnya
hati-hati, mecucinya di air mengalir dan memotong-motongnya secara melintang. Saya
mau membuat onion ring Si-Ep-Si rumahan kesukaan teman serumah. Pertama, saya
buat tepung lumuran basah dari tepung terigu dan tepung bumbu instan merk
suka-suka mama (Penggemar sekalian kalau mau pake merk yang lain, silahkan). Kedua,
saya buat tepung lumuran kering dari tepung bumbu suka-suka mama ditambah tiga
sendok makan tepung jagung biar kres-kres, lalu saya kasih lada bubuk sedikit. Saya
suka lada, meskipun itu jadi alasan bangsa kita dijajah.
Bawang bombai yang
sudah dipotong tadi dicemplungkan ke dalam adonan tepung basah, lalu lumuri
dengan tepung lumuran kering. Goreng di minyak panas sampai kuning kecoklatan. Satu
buah bawang bombai bisa jadi hidangan onion ring untuk dimakan berdua.
Sesuka apapun kamu pada
onion ring, jangan maruk mau bikin banyak-banyak. Saya pernah mabuk bawang
bombai gara-gara menggoreng dua buah bawang bombai untuk dimakan berdua dengan
teman saya penggemar onion ring Si-Ep-Si. Selain efek samping mabuk, makan
onion ring banyak-banyak bisa membuat kantongmu cepat menipis.
Bawang bombai itu mahal
sayang, harus didatangkan jauh-jauh dari Selandia Baru dan India pake kapal
kontainer berpendingin, karena di kampungmu bawang bombai malas bertumbuh. Sampai
di Indonesia wajib lewat karantina dulu biar ketahuan bawang bombainya bawa
virus atau tidak. Jangan sangka manusia saja yang bisa dikarantina karena terbawa
virus, tumbuhan juga bisa.
Ndilalah, demi
menghormati perjalanan panjang si bawang bombai hingga sampai di meja makanmu
dalam bentuk onion ring yang menggugah dan kres-kres, harganya bisa sampai Rp. 6.000
per biji di Jayapura. Jadi sesuka apapun kamu, jangan makan banyak-banyak, biar
volume impor bawang bisa ditekan. Sekian.
Jayapura, 06 Februari 2021
Komentar