Langsung ke konten utama

Postingan

Saya Suka Bubur Sumsum sampai ke Tulang

Postingan terbaru

Karena Kamu Suka Onion Ring Tapi Bawang Bombai Malas Tumbuh Di Negerimu

Pagi-pagi sowan di dapur, ada sebutir bawang bombai teronggok kesepian di antara drama bawang merah dan bawang putih. Dia merana sendirian, merasa tidak berguna, dan saya ingin membuatnya menjadi lebih bermanfaat. Saya mengupas kulitnya hati-hati, mecucinya di air mengalir dan memotong-motongnya secara melintang. Saya mau membuat onion ring Si-Ep-Si rumahan kesukaan teman serumah. Pertama, saya buat tepung lumuran basah dari tepung terigu dan tepung bumbu instan merk suka-suka mama (Penggemar sekalian kalau mau pake merk yang lain, silahkan). Kedua, saya buat tepung lumuran kering dari tepung bumbu suka-suka mama ditambah tiga sendok makan tepung jagung biar kres-kres, lalu saya kasih lada bubuk sedikit. Saya suka lada, meskipun itu jadi alasan bangsa kita dijajah. Bawang bombai yang sudah dipotong tadi dicemplungkan ke dalam adonan tepung basah, lalu lumuri dengan tepung lumuran kering. Goreng di minyak panas sampai kuning kecoklatan. Satu buah bawang bombai bisa jadi hidangan oni

Pelanggan Nomor 5

Oleh: Fatmawati Liliasari Ada sebuah warung kopi di salah satu kompleks pemukiman di kota kami. Sebuah warung kopi istimewa sebab tidak hanya menyajikan kopi, aneka minuman dan makanan ringan tetapi juga menyajikan buku-buku yang bisa dibaca namun tidak bisa dibawa pulang. Tempat itu belakangan menjadi rumah bagiku, tempat bekerja sekaligus belajar. Lalu belakangan kutahu, tempat ini adalah rumah bagi kenangan milik seseorang. *** Warung kopi ini selalu buka pukul 7 malam. Ketika napas-napas malam mulai menggeliat, para pekerja telah pulang ke rumah masing-masing, dan kehidupan malam baru saja dimulai. Aku bersiap-siap di meja kasir, mengambil salah satu buku yang terpajang rapi di dinding sambil menunggu pelanggan pertama datang. Dua hari belakangan warung kami kedatangan seorang pelanggan. Perempuan. Dia datang sendiri, menyungging senyum lantas membunyikan bel pemesanan di meja kasir. Sesuatu yang sebetulnya tidak perlu. Tapi perempuan itu memaksa. “Biar saja. Aku

Sajak Balsem

Oleh : Fatmawati Liliasari Bentuknya mirp krim, hanya sedikit lebih padat Umumnya berwarna putih, kuning, atau hijau Aromanya tajam, tapi melapangkan hidung mampet Pedis menggigit di kulit, tapi banyak manfaat Meringankan sakit kepala Perut kembung masuk angin Sakit gigi Mabuk perjalanan Apalagi hanya gatal akibat gigitan serangga Namanya balsem.. Pedas sesaat, menyembuhkan kemudian Wahai.. Seringkali benda yang buruk di muka Menyimpan amunisi ketentraman tak terhingga Makassar, 28 Juli 2017 *astaga! Apa sih…

Naruto, Tempat Pulang, dan Resonansi

Petang menjelang tua. Pada salah satu petang di pelataran HIMTI. Ada jeda diam yang panjang. Abbas sedang ‘mencoba’ mencurahkan segenap perhatian pada salah satu mahakarya draft tulisan di laptop birunya. Dan aku seenaknya mengganggu dengan segala macam pertanyaan. “Tempatmu pulang adalah tempat dimana ada orang yang memikirkanmu.” Manuver Abbas yang tidak terduga. Tanpa tahu muasalnya dia mengutip kata-kata Naruto pada salah satu episode The Movienya. “Bagaimana caranya kita tahu seseorang sedang memikirkan kita?” Aku jail bertanya. Posisi duduk bersilanya segera berubah. Dengan cueknya Abbas berbaring di lantai pelataran yang merah. Semerah baju yang dikenakannya. “Ya, pikirkan dia.” “Ih, maksudnya?” Aku tidak terima dengan jawabannya. Lantas berlagak tidak mengerti. Aku selalu suka kalau Abbas menjelaskan lebih banyak. “Kalau misalnya ada orang kupikirkan, terus pulang ma ke orang itu. Tapi ternyata cek per cek ini orang tidak pernah ka na pikir. Berarti salah tempat

Bulan Di Pelupuk Matamu

  Bulan di Bantaeng adalah bulan yang cemerlang namun cahayanya teduh sehingga aku betah memandanginya berlama-lama Bulan di Jeneponto  adalah bulan yang ramah berteman bebintang dan bayang tipis awan melintas sesekali Bulan di Takalar adalah bulan yang entah  lenyap dibawa malam seperti gelap kisah-kisah kita Bulan di Sungguminasa adalah bulan yang kelabu seperti negara kita yang sedang suram dan carut-marut Bulan di Makassar adalah bulan yang paling syahdu ketika aku menatap matamu hanya matamu, aku bisa melihat bulan dari tempat manapun aku mau Makassar, 12 Maret 2017

Catatan Kecil Tentang Luka

          Tadi siang pergelangan tanganku luka. Ada satu garis merah membujur sepanjang 1 cm di permukaan kulit nadiku. Luka itu kelihatannya masih baru, ada titik-titik darah mengering di sepanjang alurnya. Aku tidak ingat dimana dan kapan persisnya luka itu kuperoleh. Hanya saja, dilihat dari bentuknya, kalau tak salah itu luka bekas cakaran.        Tidak ada yang aneh soal luka bekas cakaran. Bukankah kita seringkali tanpa sadar telah melukai diri-sendiri? Yang luka itu baru kita sadari ada setelah muncul rasa perih akibat tersentuh air, tidak sengaja bersinggungan dengan perasan jeruk nipis, atau bahan-bahan kimia macam sabun dan pembersih muka.          Kupir ada yang menarik soal luka. Aku seringkali mendengar  komentar beberapa kawan yang pernah mengalami kecelakaan. Nyaris semua mengaku kalau mereka sama sekali tidak merasakan sakit atas luka yang mereka dapatkan saat kecelakaan terjadi. Justru setelah luka itu dibersihkan dengan antiseptik dan sedikit balu