I.PENDAHULUAN
1.2 Latar Belakang
Sebagai media tumbuhnya media tanaman
tanah harus dapat menyediakan unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh.
Salah satu factor yang harus ada adalah bahan organic tanah, jika factor ini
tidak ada maka akan mengganggu proses pembentukannya. Bahan organik tanah
merupakan timbunan binatang dan jasad
renik yang sebagian telah mengalami perombakan.
Bahan organic ini biasanya berwarna coklat dan bersifat koloid yang
biasa disebut humus yang terdiri dari bahan organik halus yang berasal dari
hancuran bahan organik kasar serta senyawa-senyawa baru yang dibentuk dari
hancuran bahan organik tersebut melalaui suatu kegiatan mikroorganisme di dalam
tanah.
Humus merupakan senyawa yang resisten
berwarna hitam / cokelat dan mempunyai daya menahan air dan unsur hara yang
tinggi, tidak berbentuk dan memilki resistensi terhadap pelapukan. Apabila tanah mengandung bahan
organic lebih dari 20 % atau lebih dari 30 % dan tebalnya lebih dari 40 cm maka
tanah tersebut disebut tanah organic atau tanah humus.
Tanah yang mengandung
banyak humus atau mengandung banyak bahan organik adalah tanah-tanah lapisan
atas atau tanah-tanah top soil. Bahan organik tanah berpengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman yaitu sebagai granulator yang berfungsi memperbaiki
struktur tanah, penyediaan unsur hara dan sebagainya. Yang mana nantinya akan
mempengaruhi seberapa jauh tanaman memberikan hasil produktifitas yang tinggi. Berdasarkan hal inilah, maka
dipandang penting untuk melaksanakan praktikum bahan organik tanah.
1.3 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan praktikum bahan organik ini adalah untuk mengetahui
kandungan bahan organik tanah pada lapisan 1 dan 2 pada tanah inseptisol, serta
faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Kegunaan dari praktikum ini sebagai bahan informasi untuk mengetahui
kandungan bahan organik dari tanah sehingga dapat mengetahui layak atau
tidaknya tanah tersebut dijadikan lahan pertanian.
II.TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bahan Organik
Bahan organik umumnya ditemukan
dipermukaan tanah. Jumlahnya tidak besar, hanya 3 – 5 %. Bahan organic tanah
adalah hasil pelapukan jaringan tanaman, hewan ataupun manusia yang telah mati
dan mengalami pelapukan sebagian. Bahan organik yang mengalami pelapukan
penguraian secara menyeluruh dan resisten terhadap perubahan selanjutnya,
berwarna coklat dan mempunyai daya menahan air dan unsure hara yang tinggi
disebut humus. (Buckman H.O,
1982).
Bahan organik adalah kumpulan beragam
senyawa-senyawa organik kompleks yang sedang atau telah mengalami proses
dekomposisi, baik berupa humus hasil humifikasi maupun senyawa-senyawa
anorganik hasil mineralisasi dan termasuk juga mikrobia heterotrofik dan autotrofik yang terlibat dan berada
didalamnya. (Hakim dkk,
1986)
Proses mineralisasi terjadi terutama
terhadap bahan organik dari senyawa-senyawa yang tidak resisten, seperti:
selulosa, gula, dan protein. Proses akhir mineralisasi dihasilkan ion atau hara
yang tersedia bagi tanaman.
Proses humifikasi terjadi terhadap bahan organik dari senyawa-senyawa yang resisten, seperti: lignin, resin, minyak dan lemak yang menghasilkan humus. Humus dengan berjalannya waktu juga akan mengalami mineralisasi. Proses akhir humifikasi dihasilkan humus yang lebih resisten terhadap proses dekomposis, seperti senyawa selulosa, lignin,serta pati dan protein, sedangkan dalam mineralisasi bakteri yang lebih berperan. (Hakim dkk, 1986).
Proses humifikasi terjadi terhadap bahan organik dari senyawa-senyawa yang resisten, seperti: lignin, resin, minyak dan lemak yang menghasilkan humus. Humus dengan berjalannya waktu juga akan mengalami mineralisasi. Proses akhir humifikasi dihasilkan humus yang lebih resisten terhadap proses dekomposis, seperti senyawa selulosa, lignin,serta pati dan protein, sedangkan dalam mineralisasi bakteri yang lebih berperan. (Hakim dkk, 1986).
2.2 Bahan Organik Pada Tanah Inseptisol (Tanah Sampel)
Tanah inseptisol termasuk ke dalam
jenis tanah alluvial. Banyak terdapat di lembah-lembah atau jalur aliran sungai
dan dataran pantai. Tanah jenis ini isiannya masih muda dan merupakan salah
satu jenis tanah mineral. Tanah mineral memiliki kandungan bahan organic yang
kurang dari 20 % atau memiliki lapisan bahan organic yang ketebalannya kurang
dari 30 cm sehiingga tekstur tanahnya ringan.(Hardjowigeno, 1992)
Tanah inseptisol memilki kadar fosfor
rendah, sedangkan aluminium dan zat besi tinggi. Keasaman yang dikandung jenis
tanah ini antara 5,0 – 7, tingkat kejenuhan 0 – 72 %. Oleh karena itu tanah ini
memiliki tingkat keasaman sedang.(Pairunan dkk, 1985).
Karakteristik tanah inseptisol adalah
memiliki solum tanah agak tebal, 1-2 m, warna hitam atau kelabu sampai dengan
coklat tua, memilki bahan organic cuup tinggi yaitu antara 10 – 30 %, memiliki
kadar unsure hara yang sedang sampai tinggi, produktivitas tanah dari sedang
sampai tinggi.(Rafidi.S, 1982).
Sumber primer bahan organic dalam tanah
inseptisol adalah jaringan tanaman berupa akar, batang, ranting daun. Jaringan
ini akan mengalami dekomposisi dan akan terangkat ke lapisan bawah serta
diinkonfortasikan dengan tanah.(Islami T. 1995).
2.3 Pengaruh Bahan Organik Terhadap Tanah dan Tanaman
Pengaruh bahan organik terhadap tanah
kemudian terhadap tanaman tergantung pada laju proses dekomposisinya. Secara umum faktor-faktor yang
mempengaruhi laju dekomposisi ini meliputi faktor bahan organic dan faktor
tanah. Faktor bahan organic meliputi komposisi kimiawi, nisbah C/N, kadar
lignin dan ukuran bahan, sedangkan faktor tanah meliputi temperature,
kelembapan, tekstur, struktur, dan suplai oksigen, serta reaksi tanah,
ketersediaan hara terutama N,P, dan K. (Hanafiah K.A, 2010)
2.4 Fungsi Bahan Organik
Bahan
organik tanah menjadi salah satu indikator kesehatan tanah karena memiliki
beberapa peranan kunci di tanah. Peranan-peranan kunci bahan organik tanah
dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok. (Hakim,dkk.1986), yaitu:
a.Fungsi Biologi:
menyediakan
makanan dan tempat hidup (habitat) untuk organisme (termasuk mikroba) tanah menyediakan
energi untuk proses-proses biologi tanah memberikan kontribusi pada daya pulih
(resiliansi) tanah.
b. Fungsi Kimia:
merupakan ukuran kapasitas retensi hara tanah penting untuk daya pulih tanah akibat perubahan pH tanah menyimpan cadangan hara penting, khususnya N dan K.
merupakan ukuran kapasitas retensi hara tanah penting untuk daya pulih tanah akibat perubahan pH tanah menyimpan cadangan hara penting, khususnya N dan K.
c.Fungsi
Fisika:
mengikat partikel-partikel tanah menjadi lebih remah untuk meningkatkan stabilitas struktur tanah meningkatkan kemampuan tanah dalam menyimpan air perubahahan moderate terhadap suhu tanah.
mengikat partikel-partikel tanah menjadi lebih remah untuk meningkatkan stabilitas struktur tanah meningkatkan kemampuan tanah dalam menyimpan air perubahahan moderate terhadap suhu tanah.
Fungsi-fungsi bahan organik tanah ini saling berkaitan satu
dengan yang lain. Sebagai contoh bahan organik tanah menyediakan nutrisi untuk
aktivitas mikroba yang juga dapat meningkatkan dekomposisi bahan organik,meningkatkan
stabilitas, agregat tanah, dan meningkatkan daya pulih tanah. (Hakim,dkk.1986).
III.METODOLOGI
3.1 Tempat dan Waktu Percobaan
Praktikum
dilaksanakan di
laboratorium kimia dan kesuburan tanah jurusan ilmu tanah fakultas pertanian
universitas hasanuddin Makassar. Waktu pelaksanaan pada tanggal 09 November
2012, jam 11:00-12:00 WITA.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang diperlukan berupa dua buah
tabung Erlenmeyer 250 ml, pipet tetes, gelas ukur, alat titrasi dan pemanas.
Adapun bahan yang dipakai adalah
larutan K2Cr2O7, sampel tanah 1 gram, H2SO4,
indicator diphenylamine, larutan ammonium fero sulfat.
3.3 Prosedur Kerja
Prosedur kerja bahan organik tanah
dilaksanakan dengan cara sebagai
berikut:
1. Timbang sampel tanah dengan
menggunakan neraca analitik sebanyak 1 gram.
2. Masukkan kedalam labu Erlenmeyer 250
ml.
3. Tambahkan dengan teliti 5 ml larutan
K2Cr2O7 I N, dan reaksikan dengan 5 ml H2SO4
dan biarkan reaksi dapat dilakukan pemanasan pada suhu 40°C.
4. Tambahkan aquades kira-kira 50 ml dan
10 ml H3PO4.
5. Tetesi 1 ml indicator diphenylamine
dan titrasi dengan amm.(Fe2SO4)0,25 N.
6. Titik akhir titrasi adalah pada saat
terjadi perubahan warna biru kehitaman sampai hijau. Catat volume titran Fe yang digunakan, dan
normalitasnya.
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan percobaan yang telah
dilakukan maka di dapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel
hasil perhitungan bahan organik pada tanah inseptisol.
No.
|
Lapisan
|
% C
|
% BO
|
Warna
|
1.
|
I
|
2,41 %
|
4,155 %
|
Hijau tua
|
2.
|
II
|
1,88 %
|
3,233 %
|
Hijau tua
|
Sumber: Data primer yang diolah, 2012.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil yang diperoleh,
dapat dilihat bahwa tanah iseptisol pada lapisan pertama memiliki kandungan
bahan organic lebih tinggi daripada tanah pada lapisan kedua yaitu sekitar
4,155 % dengan C-organik 2,41 %, hal ini karena bagian permukaan tanah
bersentuhan langsung dengan bahan-bahan organic seperti daun-daun, ranting
pohon dan humus.
Kandungan humus pada lapisan
pertama lebih banyak oleh karena itu warnanya jauh lebih pekat (hijau tua).
Lapisan kedua memiliki kandungan
C-organik 1,88 % dengan kandungan bahan organic 3,233 %, kandungan bahan
organic pada lapisan kedua lebih sedikit dibanding dengan lapisan pertama. Hal
ini dikarenakan lapisan kedua tanah bukan temasuk tanah bagian permukaan yang
tidak bersentuhan langsung dengan bahan-bahan pembentuk bahan organic tanah,
kandungan humusnya tidak terlalu banyak bila dibandingkan dengan lapisan
pertama. Oleh karena itu, warnanya agak jauh lebih muda daripada warna tanah
pada lapisan kedua.
Kandungan humus yang terdapat pada
tanah sangat berpengaruh pada kenampakan warna tanah, tanah yang memiliki
kandungan humus yang banyak warnanya jauh lebih pekat atau lebih gelap dari
tanah yang kandungan humusnya kurang.
V.KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1.kandungan bahan organic pada tanah
lapisan kedua sebesar 4,155 %, dengan kandungan C-organik sebesar 2,41 %.
2.kandungan bahan organic tanah pada
lapisan kedua sebesar 3,233 % dengan kandungan C-organik sebesar 1,88 %
3.kandungan bahan organic pada
lapisan pertama jauh lebih tinggi dibanding lapisan kedua. Hal ini disebabkan tanah permukaan
memilki bahan pembentuk bahan organic lebih banyak dibanding tanah
lapisan bawah.
4.Faktor yang
mempengaruhi kandungan bahan organik adalah humus,jika humusnya banyak maka
kandungan bahan organik juga
banyak.
5.2 saran
Sebaiknya pada tanah pertanian yang
kurang subur dilakukan penambahan bahan organiknya yaitu
dengan pemberian pupuk atau dengan cara menambahkan bahan hijau yang masih muda
ke dalam tanah untuk memperbaiki tanah dan mempertahankan kadar bahan organik
serta menaikkan kadar nitrogen tanah.
DAFTAR PUSTAKA
Buckman, H. O., 1982. Ilmu Tanah. Penerbit Bharata
Karya Aksara : Jakarta.
Hardjowigeno. S., 1992. Ilmu Tanah.
Penerbit Akademika Pressindo : Jakarta.
Hakim. dkk., 1986, Dasar-Dasar Ilmu Tanah.
Penerbit Universitas Lampung : Lampung.
Hanafiah, K.A, 2010. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.
Raja grafindo Persada. Jakarta
Islami, T., 1995. Hubungan Tanah, Air, dan Tanaman.
IKIP Semarang Press : Semarang.
Pairunan, 1985. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.
Perguruan Tinggi Negeri Indonesia Timur : Makassar.
Rafidi, S., 1982, Dasar-Dasar Ilmu Tanah.
Institut Pertanian Bogor : Bogor.
Saifuddin, S., 1988. Kimia Fisika Pertanian.
CV. Buana : Bandung.
LAMPIRAN
Hasil perhitungan bahan organic pada
lapisan I :
%C =
x 100 %

% BO = % x 1,724
Dik.
ml t =7,4 ml , ml B =37,6, N = 0,2,
sampel tanah tanpa air= 1gr = 1000mg
% C = 

% C =

% C =

% C =

% C =

% C =

=2,40998%
% C = 2,41%
% BO=……?
%BO = %Cx1.724
%BO= 2,40996 x1,724
%BO = 4,155%
Hasil perhitungan bahan organic pada
lapisan II :
Dik. Ml t =14,1 ml , ml B =37,6
ml n N =0,2, sampel tanah 1 gr=1000mg
% C = 

% C =

% C =

% C =

% C =

% C =

=1,8753%
% C = 1,88 %
Dit.% BO=….?
% BO=%C x 1,724
% BO = 1,8753 x 1,724 =3,233 %
Komentar