Langsung ke konten utama

LAPORAN ILMU TANAH: Dosis Pupuk


I.PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penerapan pertanian modern yang dicanangkan melalui program intensifikas  memang terbukti ampuh karena dalam waktu yang relatif singkat dapat meningkatkan produktivitas tanah dan ini terbukti pada tahun 1984, bangsa Indonesia telah menyatakan berswasembada pangan. Input produksi dalam pertanian modern adalah benih unggul, pupuk dan pestisida kimia. Dampak dari pemakaian pupuk dan pestisida kimia secara terus menerus tidak kelihatan dalam waktu yang singkat, namun akan terlihat dalam kurun waktu yang relatif lama. Kejadian ini dapat dilihat pada akhir tahun 80-an dimana produktivitas lahan mulai menurun akibat gencarnya pemakian pupuk anorganik pada program insus yang tanpa memberikan pupuk organik.
Pengaruh pupuk anorganik bagi lingkungan khususnya pada tanah dapat memberikan dampak negatif bila dilakukan secara terus menerus karena dapat berakibat negatif pada perkembangan mikroorganisme di dalam tanah yaitu banyak yang mati sehingga mikroorganisme tersebu tidak lagi dapat menguraikan bahan organik di dalam tanah yang akibatnya sisa-sisa pupuk yang tidak terserap oleh akar tanaman akan terakumulasi di dalam tanah dan mempengaruhi kondisi tanah menjadi mengeras, bergumpal, dan pH menurun.
Berdasarkan pemaparan di atas maka dipandang perlu untuk diberikan pengenalan pupuk dan penetuan dosis pupuk, karena hal ini diperlukan bagi orang yang bergerak dibidang pertanian produktivitas tanah sebagai daya dukung terhadap pertumbuhan dan produksi .

1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum ini adalah, agar mahasiswa dapat mengenal berbagai macam pupuk serta ciri khas pupuk tersebut.
            Kegunaan dari pengenalan dan penentuan dosis pupuk yaitu dapat menjadi bahan referensi untuk pengenalan pupuk sebagai indikator kesuburan tanah dan tanaman dalam proses pembelajaran dasar-dasar ilmu tanah.













II.TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pupuk
Pupuk adalah bahan atau zat makanan yang diberikan atau ditambahkan kepada tanaman dengan maksud agar supaya zat makanan untuk tanaman itu bertambah. Pupuk biasanya diberikan pada tanah, tetapi dapat pula diberikan lewat daun atau batang sebagai larutan. Karbondiokasida yang diberikan ke udara dalam rumah kaca dapat pula dipandang sebagai pupuk (Suhardi, 1983).
Pupuk yang memberikan N, P dan K disebut pupuk lengkap. Kelas pupuk merupakan persen dalam berat dari nitrogen (dinyatakan sebagai unsur N), fosfor (dinyatakan sebagai P2O5) dan kalium (dinyatakan sebagai K2O). fosfor dan kalium biasanya tidak dinyatakan sebagai unsur-unsurnya, karena telah menjadi kebiasaan. Pada akhir-akhir ini mulai terdapat kebiasaan menyatakan analisis pupuk dalam unsurnya , tapi masih terbatas di kalangan ilmuwan (Harjadi, 1988).
2.2 Jenis-Jenis Pupuk
2.2.1  Pupuk Organik
Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup, seperti pelapukan sisa-sisa tanaman, hewan, dan manusia. Pupuk organik dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pupuk organik mengandung banyak bahan organik daripada kadar haranya. Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk kandang, sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan sabut kelapa), limbah ternak, limbah industri yang menggunakan bahan pertanian, dan limbah kota (sampah).
Pupuk Organik juga merupakan pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri dari bahan organic yang berasal dari tanaman atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk mensuplai bahan organik.
Pupuk organic mempunyai kegunaan sebagai berikut:
1.    Dengan penggunaan pupuk organic atau pengembalian bahan organik ke dalam tanah akan berpengaruh pada kesuburan tanah sehingga :
a.    Peningkatan Produksi Hasil Pertanian
b.    Efisiensi Penggunaan Pupuk
c.    Menjaga kelestarian Lingkungan Hidup
2.    Memperbaiki tekstur tanah
3.    Memperkaya unsur hara makro dan mikro
Bahan organik yaitu bahan yang berasal dari limbah tumbuhan atau hewan atau produk sampingan seperti pupuk kandang atau unggas . Atau dengan kata lain merupakan merupakan hasil dari pelapukan sisa – sisa tanaman dan binatang yang bercampur dengan bahan mineral tanah pada lapisan atas tanah.Pada umumnya bahan organik mempunyai C/N rasio tinggi (lebih besar dari 30), sehinga bila digunakan langsung pada lahan pertanian akan mengganggu pertumbuhan tanaman karena terjadi proses fermentasi dalam tanah.
Pupuk organik yang diberikan ke dalam tanah akan menghasilkan humus. Humus yang terbentuk bersama-sama dengan liat membentuk agregat tanah yang stabil (Stevenson, 1981). Terbentuknya agregat tanah tersebut menyebabkan sifat fisik tanah lainnya seperti bobot isi, ruang pori total, dan permeabilitas tanah menjadi lebih baik yang akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang lebih baik pula. Pupuk organik juga akan memberikan sumbangan unsur hara ke dalam tanah. Semakin tinggi kandungan unsur hara dalam pupuk organik, akan mempertinggi ketersediaan unsur hara tanah apabila diberikan ke dalam tanah sehingga hasil tanaman dapat meningkat (Thamrin, 2000).
Pemberian pupuk kandang 20 t/ha menjadikan tanah seimbang secara fisik, kimia maupun biologi. Secara fisik, pupuk kandang membentuk agregat tanah yang mantap. Keadaan ini besar pengaruhnya terhadap porositas dan aerasi persediaan air dalam tanah, sehingga berpengaruh terhadap perkembangan akar tanaman. Secara kimia, pupuk kandang sebagai bahan organik dapat menyerap bahan yang bersifat racun seperti aluminium (Al), besi (Fe), dan mangan (Mn) serta dapat meningkatkan pH tanah. Secara biologi, pemberian pupuk kandang ke dalam tanah akan memperkaya jasad organisme dalam tanah. Organisme tersebut sangat membantu dalam penguraian bahan organik sehingga tanah lebih cepat matang (Muslihat, Lili., 2003).
2.2.2  Pupuk Anorganik
Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik-pabrik pupuk dengan meramu bahan-bahan kimia anorganik berkadar hara tinggi.  Misalnya urea berkadar N 45-46% (setiap 100 kg urea terdapat 45-46 kg hara nitrogen), (Lingga dan Marsono, 2000).
Pupuk anorganik atau pupuk buatan dapat dibedakan menjadi pupuk tunggal dan pupuk majemuk.  Pupuk tunggal adalah pupuk yang hanya mengandung satu unsur hara misalnya pupuk N, pupuk P, pupuk K dan sebagainya.  Pupuk majemuk adalah pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur hara misalnya N + P, P + K, N + K, N + P + K dan sebagainya (Hardjowigeno, 2004).
Ada beberapa keuntungan dari pupuk anorganik, yaitu (1) Pemberiannya dapat terukur dengan tepat, (2) Kebutuhan tanaman akan hara dpat dipenuhi dengan perbandingan yang tepat, (3) Pupuk anorganik tersedia dalam jumlah cukup, dan (4) Pupuk anorganik mudah diangkut karena jumlahnya relatif sedikit dibandingkan dengan pupuk organik.  Pupuk anorganik mempunyai  kelemahan, yaitu selain hanya mempunyai unsur makro, pupuk anorganik ini sangat sedikit ataupun hampir tidak mengandung  unsur hara mikro (Lingga dan Marsono, 2000).
2.2.2.1Jenis-Jenis Pupuk Anorganik
Secara umum ada dua jenis pupuk anorganik yang tersedia di pasaran :
1.   Pupuk Tunggal : Pupuk yang dibuat dari satu unsur secara dominan.
Contohnya : Urea yang mengandung N, TSP atau SP 36 dengan P, dan KCl atau ZK dengan unsur K yang dominan. 
2.   Pupuk Majemuk : Pupuk yang mengandung lebih dari satu jenis unsur.
Contoh : pupuk DAP dan Amofos yang terbuat dari N dan P. Pupuk majemuk juga bisa tersusun dari 3 unsur. Sebut juga Rustika Yellow dan Mutiara. Kedua pupuk itu dilengkapi dengan kandungan N, P, dan K. Produsen pupuk biasanya juga menambahkan unsur-unsur mikro seperti Fe, B, Mo, Mn, dan Cu.
Agar praktis, pekebun biasanya memakai pupuk mejemuk. Umumnya di pasaran beredar pupuk dengan kandungan utama Nitrogen, fosfor, dan kalium dengan berbagai perbandingan. Besar kecilnya perbandingan itu dicantumkan di label kemasan. Tulisan 20;10;10 artinya kandungan nitrogen paling tinggi sehingga tepat digunakan untuk masa pertumbuhan (Lingga dan Marsono, 2000).
III.METODOLOGI
3.1   Waktu Dan Tempat
Pengamatan pengenalan dan penentuan dosis pupuk dilaksanakan Pada hari Senin tanggal 07  Desember 2012 pukul 16:00 WITASelesai. Di Laboratorium Fisika Tanah Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin Makassar.
3.2   Alat Dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini yaitu alat tulis.
            Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah pupuk urea, ZA, Pupuk SP-36, Pupuk KCl, dll.
3.3   Prosedur Kerja
1.   Siapkan alat tulis.
2.   Perhatikan dan amati setiap jenis pupuk.
3.   Catat nama pupuk, kadar persentase, kandungan hara, khususnya Nitrogen, Fosfat dan Kalium, bentuk dan warna masing-masing pupuk, sifat pupuk tersebut.






IV.HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan praktikum yang dilakukan maka didapat hasil:
Tabel 1. Hasil pengamatan dosis pupuk
No.
Nama pupuk
Kadar hara %
Warna
Bentuk
Sifat
1.
Urea
N 46 %
Putih
Butir-butir kristal
Higroskopis
2.
KCl
K2O 60 %
Merah
Butir-butir Kristal
Larut dalam air
3.
SP-36
P2O5 36 %
Abu-abu
Buti-butir
Larut dalam air
4.
ZA
N 21 %
Belerang 24%
Putih
Butir-butir kristal
Tidak higroskopis
5.
TSP
Phosfat 44 %
cokelat
butiran
Larut dalam air
6.
Kompos
18 % - 59 %
cokelat
padatan
Tidak larut dalam air
Sumber: data primer yang telah diolah, 2012
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil yang diperoleh maka didapatkan informasi bahwa pupuk urea memilki kadar unsur hara nitrogen sebesar 46 % dengan warna putih berbentuk butiran-butiran Kristal terisolir dan bersifat higroskopis (mudah menghisap air), Urea yang mengandung Nitrogen, TSP atau SP- 36 dengan Phospor, dan KCl (Kalium klorida) atau ZK dengan unsur K yang dominan. Pupuk ini sering digunakan pada tanaman padi dan palawija un tuk memeperkaya unsure N di dalam tanah, Nitrogen berfungsi untuk mempercepat pertumbuhan tanaman.
            Pupuk KCL memilki kadar hara 60 % berwarna merah dengan bentuk butiran-butiran Kristal dengan sifat larut dalam air. Pupuk SP-36 memilki kadar unsure hara 36 % berwarna abu-abu berbentuk butiran dengan sifat larut dalam air.
Pupuk ZA memilki kadar hara nitrogen 21 %, belerang 24 % berwarna putih berbentuk butir-butir Kristal bersifat tidak larut dalam air. Pupuk TSP memilki kadar hara 44 % berwarna cokelat berbentuk butiran dengan sifat larut dalam air.
Pupuk kompos memilki kandungan unsure hara sebesar 18 % - 59 % berwarna cokelat berbentuk padatan dan tidak larut dalam air. Kompos atau humus adalah sisa-sisa mahluk hidup yang telah mengalami pelapukan, bentuknya sudah berubah seperti tanah dan tidak berbau. Kompos memiliki kandungan hara NPK yang lengkap meskipun persentasenya kecil. Kompos juga mengandung senyawa-senyawa lain yang sangat bermanfaat bagi tanaman.
Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik. Sedangkan proses pengomposan adalah proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi.

V.PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan praktikum pemupukan antara lain :
  1. Pupuk Urea yang paling cepat larut air, berturut turut NPK, KCl, Pupuk organik, dan TSP
2.   Kelarutan suatu pupuk ini dipengaruhi oleh unsure yang dikandungnya, seperti limbah pertanian, K2O, dan N
5.2 Saran
Sebaiknya pemberian pupuk anorganik lebih diminimalisir pemakaiannya, karena hanya digunakan untuk penambah hara tanah tetapi jika jumlahnya berlebihan akan menyebabkan residu pada tanah. Lebih baik menggunakan pupuk organic karena banyak mengandung bahan organic dan aman dipakai dalam jumlah yang banyak.







DAFTAR PUSTAKA
Hakim, N., Yusuf. Nyakpa, AM. Lubis, SG Nugroho, M. Rusdi Saul, 1996.      Dasar-dasar ilmu tanah. Lembaga Penerbitan Universitas Lampung, Lampung.
Harjadi, Sri Setyati M.M., 1988. Pengantar Agronomi. PT Gramedia, Jakarta.
Hardjowigeno.  S., 2007. Ilmu Tanah. Penerbit Akademika Pressindo Jakarta.
Lingga dan Marsono, 2000. Pupuk dan pemupukan. Pustaka buana. Bandung.
Muslihat, Lili., 2003. Dasar-Dasar Bercocok Tanam. Kanisius, Yogyakarta.
Suhardi, 1983. Dasar-Dasar Bercocok Tanam. Kanisius, Yogyakarta
Thamrin., 2000. Ilmu Tanah Pertanian. Pustaka Buana, Bandung.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Jaringan Tumbuhan

BAB I PENDAHULUAN A.   Latar Belakang Secara umum jaringan berarti gabungan atau koordinasi antar beberapa sel yang mempunyai fungsi yang sama. Terkhusus untuk jaringan tumbuhan, terdapat jaringan meristem yang di dalamnya terdapat merisstem primer dan meristem sekunder. Jaringan kedua yaitu jaringan dewasa yang terdapat di dalamnya jaringan epidermis, jaringan parenkim, jaringan penguat, jaringan pengangkut dan jaringan gabus. Semua akan kita bahas di bab selanjutnya.             Untuk menguasai mata kuliah botani kita tidak hanya akan mempelajari klasifikasi sel, tetapi kita juga diharuskan mengetahui sifat dan fungsi jaringan tersebut. Lebih lanjut, akan dibahas sedikit mengenai anatomi akar, batang dan daun untuk memudahkan kita dalam pengklasifikasian jaringan karena ketiga bagian tumbuhan ini mempunyai jaringan-jaringan tersendiri yang khas sesuai fungsinya. B.   Rumusan Masalah Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka dapat ditarik beberapa rmusan ma

laporan biotek: pembuatan media tanam

BAB I PENDAHULUAN 1.1   Latar Belakang Media merupakan faktor utama dalam perbanyakan dengan kultur jaringan. Keberhasilan perbanyakan dan perkembangbiakan tanaman dengan metode kultur jaringan secara umum sangat tergantung pada jenis media. Media tumbuh pada kultur jaringan sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan eksplan serta bibit yang dihasilkannya. Oleh karena itu, macam-macam media kultur jaringan telah ditemukan sehingga jumlahnya cukup banyak. Nama-nama media tumbuh untuk eksplan ini biasanya sesuai dengan nama penemunya. Media tumbuh untuk eksplan berisi kualitatif komponen bahan kimia yang hampir sama, hanya agak berbeda dalam besarnya kadar untuk tiap-tiap persenyawaan. Media yang digunakan biasanya berupa garam mineral, vitamin, dan hormon. Selain itu diperlukan juga bahan tambahan seperti agar-agar, gula, arang aktif, bahan organik dan lain-lain. Zat pengatur tumbuh yang ditambahkan juga bervariasi, baik jenis maupun jumlahnya. Medium yan

Pada Suatu Petang..

Aku memandang lepas ke pelataran HIMTI yang nyaris setengahnya tertutupi pohon bebungaan bila dilihat dari sela daun mangga depan Himpunan, tempatku berdiri dan mengamati saat ini. Di bawah sana, berpuluh-puluh manusia sepertiku lalu-lalang dengan berbagai urusan. Bolak-balik memfotokopi, susah payah mengekori asisten agar sudi membuka laporan walau selembar. Tetapi ada juga yang duduk santai di sudut kantin mace, meningkahi gerimis sore ini dengan kepul hangat kopi dan uap kretek, malas masuk kelas sebab katanya dosen tidak pernah mengajarkan kebenaran. Puluhan pasang kaki di bawah sana, kaki yang sama seperti kakiku, sedang terseok-seok mengejar mimpi atau titipan harapan dari orangtua. Tidak semuanya berhasil tentu saja. ada beberapa yang berhasil keluar dari kampus dengan toga yang dipindahkan secara khidmat oleh tangan Yang Mulia Rektor, tetapi tidak sedikit yang keluar dengan selembar SK DO yang ditandatangani juga oleh tangan Yang Mulia Rektor. Aku tidak sengaja