I. PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Kadar air
tanah dinyatakan dalam persen volume yaitu persentase volume air terhadap
volume tanah. Cara penetapan kadar air dapat dilakukan dengan sejumlah tanah
basah dikering ovenkan dalam oven pada suhu 1000 C – 1100
C untuk waktu tertentu. Air yang hilang karena pengeringan merupakan sejumlah
air yang terkandung dalam tanah tersebut. Air irigasi yang memasuki tanah
mula-mula menggantikan udara yang terdapat dalam pori makro dan kemudian pori
mikro. Jumlah air yang bergerak melalui tanah berkaitan dengan ukuran pori-pori
pada tanah.
Air mempunyai fungsi yang penting dalam tanah, antara lain pada proses
pelapukan mineral dan bahan organik tanah, yaitu reaksi yang mempersiapkan hara
larut bagi pertumbuhan tanaman. Selain itu, air juga berfungsi sebagai media
gerak hara ke akar-akar tanaman. Akan tetapi, jika air terlalu banyak tersedia,
hara-hara dapat tercuci dari daerah-daerah perakaran atau bila evaporasi
tinggi, garam-garam terlarut mungkin terangkat kelapisan tanah atas. Air yang
berlebihan juga membatasi pergerakan udara dalam tanah, merintangi akar tanaman
memperoleh O2 sehingga dapat mengakibatkan tanaman mati.
Dua fungsi yang saling berkaitan dalam penyediaan air bagi tanaman yaitu
memperoleh air dalam tanah dan pengaliran air yang disimpan ke akar-akar
tanaman. Jumlah air yang diperoleh tanah sebagian bergantung pada kemampuan
tanah yang menyerap air cepat dan meneruskan air yang diterima dipermukaan
tanah ke bawah. Akan tetapi jumlah ini juga dipengaruhi oleh faktor-faktor luar
seperti jumlah curah hujan tahunan dan sebaran hujan sepanjang tahun
1.2
Tujuan dan Kegunaan
Tujuan
dari praktikum menentukan kadar air tanah ini adalah untuk mengetahui seberapa
besar kadar air yang dapat ditampung oleh tanah Inceptisol beserta
faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Kegunaan dari praktikum ini adalah
sebagai pelengkap materi yang telah diberikan di ruang kuliah dan sebagai bahan
informasi bagi mahasiswa dan masyarakat mengenai kandungan air tanah.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kadar
Air
Kadar air
tanah dinyatakan dalam persen volume yaitu persentase volume air terhadap
volume tanah. Cara ini mempunyai keuntungan karena dapat memberikan gambaran
tentang ketersediaan air bagi tanaman pada volume tanah tertentu. Cara
penetapan kadar air dapat dilakukan dengan sejumlah tanah basah dikering
ovenkan dalam oven pada suhu 1000 C – 1100 C untuk waktu
tertentu. Air yang hilang karena pengeringan merupakan sejumlah air yang
terkandung dalam tanah tersebut. Air irigasi yang memasuki tanah mula-mula
menggantikan udara yang terdapat dalam pori makro dan kemudian pori mikro.
Jumlah air yang bergerak melalui tanah berkaitan dengan ukuran pori-pori pada
tanah. Air tambahan berikutnya akan bergerak ke bawah melalui proses
penggerakan air jenuh. Penggerakan air tidak hanya terjadi secara vertikal
tetapi juga horizontal. Gaya gravitasi tidak berpengaruh terhadap penggerakan
horizontal (Hakim, dkk, 1986).
Menurut Hanafiah (2007) bahwa koefisien air tanah yang merupakan koefisien yang
menunjukkan potensi ketersediaan air tanah untuk mensuplai kebutuhan tanaman,
terdiri dari :
- Jenuh atau retensi maksimum, yaitu kondisi di mana seluruh ruang pori tanah terisi oleh air.
- Kapasitas lapang adalah kondisi dimana tebal lapisan air dalam pori-pori tanah mulai menipis, sehingga tegangan antarair-udara meningkat hingga lebih besar dari gaya gravitasi.
- Koefisien layu (titik layu permanen) adalah kondisi air tanah yang ketersediaannya sudah lebih rendah ketimbang kebutuhan tanaman untuk aktivitas, dan mempertahankan turgornya.
- Koefisien Higroskopis adalah kondisi di mana air tanah terikat sangat kuat oleh gaya matrik tanah
Air tersedia biasanya dinyatakan sebagai air yang terikat antara kapasitas
lapangan dan koefisien layu. Kadar air yang diperlukan untuk tanaman juga
bergantung pada pertumbuhan tanaman dan beberapa bagian profil tanah yang dapat
digunakan oleh akar tanaman. Tetapi untuk kebanyakan mendekati titik layunya,
absorpsi air oleh tanaman kurang begitu cepat, dapat mempertahankan pertumbuhan
tanaman. Penyesuaian untuk menjaga kehilangan air di atas titik layunya telah
ditunjukkan dengan baik (Buckman and Brady, 1982).
Kadar air dalam tanah dapat dinyatakan dalam persen volume yaitu persen volume
air terhadap volume tanah. Cara ini mempunyai keuntungan karena dapat
memberikan gambaran tentang ketersediaan air pada pertumbuhan pada volume tanah
tertentu. Cara penetapan kadar air tanah dapat digolongkan dengan beberapa cara
penetapan kadar air tanah dengan gravimetrik, tegangan atau hisapan, hambatan
listrik dan pembauran neutron. Daya pengikat butir-butir tanah inseptisol terhadap air adalah besar dan
dapat menandingi kekuatan tanaman yang tingkat tinggi dengan baik begitupun
pada tanah Alfisol dan
Vertisol, karena itu tidak semua air tanah dapat diamati dan ditanami oleh
tumbuhan (Hardjowigeno, S., 1993).
2.2 Kondisi Air Tanah
Kandungan di dalam tanah dapat
ditentukan dengan beberapa cara. Sering dipakai istilah–istilah nisbi, seperti
basah dan kering. Kedua – duanya adalah kisaran yang tidak pasti tentang
kandungan air dan karena itu dapat ditafsirkan barmacam – macam. Begitu pula
dengan adanya istilah jenuh dan tidak jenuh. Jenuh menunjukkan pori–pori penuh
berisi air dan tidak jenuh menunjukkan setiap kandungan air kurang dari jenuh
(Hardjowigeno, 1993).
Segera setelah
pembasahan, tanah yang dalam dan dreinase baik akan memiliki lebuh banyak air
pada lapisan permukaan daripada di lapisan bawah permukaan. Dengan demikian
gradian potensial tetap ada dan menyebabkan aliran ke bawah terus berlangsung
meskipun setelah infiltrasi permukaan berhenti. Aliran ini memindahkan air dari
horison atas yang lebih basah ke lapisan–lapisan di bawah yang lebih kering.
Hal ini tidak hanya menyebabkan distribusi air yang lebih seragam dalam profil,
tetapi juga memperkecil kandungan air rata–rata yang menyebabkan hantaran
hidrolik dan drainase bertambah kecil. Sesudah dua sampai tiga hari, laju
drainase menjadi sangat lambat dan kandungan air hampir konstan. Kandungan air
pada saat ini dinamakan kapasitas lapang, dan dapat didefenisikan sebagai
jumlah air yang dapat ditahan tanah setelah pembasahan dan drainase penuh.
Kapasitas lapang diperlakukan sebagai konstanta air tanah, artinya setiap kali
tanah dibasahi dan didrainase, tanah akan menahan kembali jumlah air
(Hardjowigeno, 1993).
Titik layu
permanen merupakan kandungan air tanah di mana akar–akar tanaman mulai tidak
mampu lagi menyerap air dari tanah, sehingga tanaman menjadi layu. Tanaman akan
tetap layu baik pada siang maupun pada malam hari (Hardjowigeno, 1993).
2.3 Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi
Kadar Air
Faktor-faktor
yang mempengaruhi kadar air tanah adalah tekstur tanah, iklim, topografi,
adanya gaya kohesi, adhesi, dan gravitasi. Tanah-tanah yang bertekstur pasir,
karena butiran butirannya berukuran lebih besar, maka setiap satuan berat
(gram) mempunyai luas permukaan yang lebih kecil sehingga sulit menyerap air dan unsur hara. Tanah-tanah yang bertekstur liat, karena
lebih halus maka setiap satuan berat mempunyai luas permukaan yang lebih besar sehingga kemampuan menahan
air dan menyediakan unsur hara lebih tinggi. Tanah bertekstur halus lebih aktif
dalam reaksi kimiadibanding tanah bertekstur kasar (Soetedjo dan
Kartasapoetra, 2002).
Faktor tumbuhan dan iklim mempunyai pengaruh yang berarti
pada jumlah air yang dapat diabsorpsi dengan efisien tumbuhan dalam tanah.
Kelakukan akan ketahanan pada kekeringan, keadaan dan tingkat pertumbuhan
adalah faktor tumbuhan yang berarti. Temperatur dan perubahan udara merupakan
perubahan iklim dan berpengaruh pada efisiensi penggunaan air tanah dan
penentuan air yang dapat hilang melalui saluran evaporasi permukaan tanah.
Diantara sifat khas tanah yang berpengaruh pada air tanah yang tersedia adalah
hubungan tegangan dan kelembaban, kadar garam, kedalaman tanah, strata dan
lapisan tanah. Daya pengikat butir-butir tanah Inceptisol terhadap air adalah
besar dan dapat menandingi kekuatan tanaman yang tingkat tinggi dengan baik
begitupun pada tanah Inceptisol karena itu tidak semua air tanah dapat diamati
dan ditanami oleh tumbuh-tumbuhan (Buckman and Brady, 1982).
Banyaknya kandungan air tanah
berhubungan erat dengan besarnya tegangan air (moisture tension) dalam tanah
tersebut. Kemampuan tanah dapat menahan air antara lain dipengaruhi oleh
tekstur tanah. Tanah-tanah yang bertekstur kasar mempunyai daya menahan air
yang lebih kecil dari pada tanah yang bertekstur halus. Pasir umumnya lebih
mudah kering dari pada tanah-tanah bertekstur berlempung atau liat.
(Hardjowigeno, 1993).
2.4
Pengaruh Kadar Air Terhadap Produktivitas Tanaman
Air terdapat di dalam tanah inceptisol ditahan (diserap)
oleh massa tanah, tertahan oleh lapisan kedap air, atau karena keadaan drainase
yang kurang baik. Baik kelebihan air ataupun kekurangan air dapat mengganggu
pertumbuhan tanaman.Fungsi air tanah yaitu sebagai pembawa unsur hara dalam
tanah serta keseluruhan bagian tanaman. Kadar air selalu berubah sebagai respon
terhadap faktor-faktor lingkungan dan gaya gravitasi. Karena itu contoh tanah
dengan kadar air harus disaring, diukur, dan biasanya satu kali contoh tanah
akan dianalisis untuk penerapan suatu sifat (Hakim, dkk., 1986).
Dalam pertumbuhan dan perkembangan
tanaman yang tumbuh pada sebidang tanah akan meyerap sejumlah air yang terdapat
dalam tanah melalui system perakarannya, yang kemudian melalui proses
transpirasi akan melepaskan air ke udara (atmosfer) dalam bentuk uap air.(Hanafiah
K A, 2007).
III.METODOLOGI
3.1 Waktu
Dan Tempat
Pengamatan kadar air tanah
dilaksanakan Pada hari Jumat tanggal
07 Desember 2012 pukul 10:00 – Selesai. Di Laboratorium
Fisika Tanah Kampus Universitas Hasanuddin Makassar.
3.2 Alat
Dan Bahan
Alat-alat yang
digunakan pada praktikum ini adalah cangkul, plastik, ember, cawan petridish,
timbangan dan oven.
Bahan yang digunakan pada praktikum
ini adalah sampel tanah Inceptisol dan air suling.
3.3 Prosedur
Kerja
3.3.1 Gravimetrik
1.
Timbang
cawan Petridis, kemudian tambahkan 20 gram tanah kering udara.
2.
Keringkan
di dalam oven suhu 105o C selama 2 x 24 jam.
3.
Keluarkan
cawan Petridis dan tanah dari oven, keringkan dalam desikator, kemudian timbang
cawan Petridis bersama tanah.
4.
Hitunglah
dengan rumus :
Berat cawan Petridis = a gram
Berat cawan Petridis + tanah kering
udara = b gram
Berat cawan Petridis + tanah kering
oven = c gram
Berat tanah kering udara = (b - a)
Berat tanah kering oven = (c – a )
Berat air yang hilang (b – c)
Kandungan air tanah = 

3.3.2 Kapasitas Lapang
1.
Tentukan tempat/lokasi yang datar dan dekat dengan sumber
air.
2.
Bersihkan
tempat tersebut dari semak belukar.
3.
Buat
bedengan dengan ukuran 1 x 1 meter.
4.
Setelah
bedengan dibuat cukup tinggi, padatkan bedengan tersebut untuk mencegah air
yang merembes.
5.
Setelah
bedengan selesai, siapkan air
200 L dan tumpahkan secara
bersamaan.

6.
Tutup
bedengan dengan menggunakan plastik. Pastikan bahwa seluruh bedengan
tertutup rapat.
7.
Tutup
permukaan plastik dengan rumput lalu diamkan selama 1 x 24 jam.
8.
Setelah
didiamkan selama 1 x 24 jam, buka plastik yang menutupi bedengan kemudian
cungkil tanahnya.
9.
Timbang
tanah yang telah dicungkil kemudian ovenkan selama 1 x 24 jam.
10.
Setelah
di ovenkan, timbang tanahnya.
11.
Hitung
kadar air kapasitas lapang dengan menggunakan rumus :
Kadar
air kapasitas lapang = 

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Berdasarkan
pengamatan yang telah dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Persentase Kadar Air Dengan Metode Gravimetrik
No.
|
Lapisan
|
Persentase Kadar Air
|
1.
|
Lapisan II
|
19 %
|
Sumber: data
primer yang telah diolah, 2012
Tabel 2. Kadar air tanah kapasitas
lapang
No.
|
Lapisan
|
Kapasitas lapang
|
1.
|
I
|
0,34
|
Sumber : data
primer yang telah diolah, 2012
4.2 Pembahasan
Dari hasil yang diperoleh maka didapatkan persentase
kadar air pada lapisan pertama sebesar 19 %, Ini disebabkan karena pada
permukaan tanah atau lapisan 1 banyak terdapat pori-pori tanah, tingginya kadar air yang
terdapat dalam tanah dipengaruhi oleh jumlah dan besar pori-pori yang terdapat
dalam lapisan tanah tersebut. Apabila jumlah pori dalam tanah banyak, maka
kesempatan tanah menyerap air semakin tinggi, tanah yang memiliki pori-pori adalah tanah yang mampu menyerap air dengan
cepat berarti tanah tersebut memilki kandungan kadar air yang banyak. Pada
waktu air tanah terserap, lapisan ini menjadi lebih sangat tipis. Selain
pengaruh jumlah pori, tingginya kadar air juga dipengaruhi oleh teksturnya yang
halus karena didominasi oleh partikel liat.
Nilai
kadar air pada kapsitas lapang sebesar 0,3. Kadar air tanah didefenisikan sebagai jumlah air
yang dapat ditahan tanah setelah pembasahan dan drainase penuh. Kapasitas
lapang diperlakukan sebagai konstanta air tanah, artinya setiap kali tanah
dibasahi dan didrainase, tanah akan menahan kembali jumlah air.
Aliran ini memindahkan air dari horison atas yang lebih basah ke
lapisan–lapisan di bawah yang lebih kering. Hal ini tidak hanya menyebabkan
distribusi air yang lebih seragam dalam profil, tetapi juga memperkecil
kandungan air rata–rata yang menyebabkan hantaran hidrolik dan drainase
bertambah kecil. Sesudah dua sampai tiga hari, laju drainase menjadi sangat
lambat dan kandungan air hampir konstan.
V.
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan
pembahasan di atas maka dapat disimpulkan:
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar air tanah adalah
tekstur tanah, iklim, topografi, adanya gaya kohesi,
adhesi, dan gravitasi.
2. Nilai kadar air pada kapasitas lapang sebesar 0,34 dan pada percobaan gravimetric kadar airnya sebesar 19 %
5.2 Saran
Dalam
memilih tanah untuk pertumbuhan tanaman, sebaiknya kita memilih tanah yang
tepat berdasarkan jenis tanaman, karena kadar air selalu berubah sebagai
respon terhadap faktor-faktor lingkungan dan gaya gravitasi. Karena itu contoh
tanah dengan kadar air harus disaring, diukur, dan biasanya satu kali contoh
tanah akan dianalisis untuk penerapan suatu sifat
DAFTAR PUSTAKA
Buckman,
H. O., and Brady. 1982. Ilmu Tanah.
Bharata Karya Aksara : Jakarta.
Hakim.
N., dkk. 1986. Dasar-Dasar Ilmu
Tanah. Penerbit Universitas Lampung : Lampung.
Hanafiah,
K., A. 2007. Dasar-Dasar ILmu
Tanah. Rajawali Pers : Jakarta.
Hardjowigeno.
S., 1993. Ilmu Tanah.
Penerbit Akademika Pressindo Jakarta.
Sutedjo dan
Kartasapoetra AG. 2002. Pengantar Ilmu Tanah.
Penerbit Rineka
Cipta. Jakarta.
Komentar